Jumat, 30 Maret 2018

Dialog Sufi Pres Sukarno

.

Dialog Sufi
Presiden Soekarno dan Prof.Kimia

Ia bersama rombongan saat itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) bersama dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.

“Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh 3 Profesor-Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka dialog ketika menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk.
“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.
“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda.
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden…?”. “Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya”. “Lantas soalnya apa bapak Presiden?”. “Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno. “Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya, “Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya. “Accoord (setuju)”, balas Presiden terlihat lega.

Menyusul Presiden bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat sorga?” tanyanya.

“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan ber-abdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan sorga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana,” jawab Prof. Kadirun. “Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).

“Nu heb ik je te Pak ke n Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno. “Silakan Bapak Presiden”.

“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Al-Quran dan Al-Hadits bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.”

“Lantas saya ketemu dengan satu Hadits yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut : Rasulullah berkata; Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli sorga”.

“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan sorga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk sorga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas.

“Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan”, katanya.

Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika.

Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.

10/10 = 1 ;

“Ya” kata Presiden.

10/100 = 1/10 ; “Ya” kata Presiden.

10/1000` = 1/100 ;

“Ya” kata Presiden.

10/10.000 = 1/1000 ;

“Ya” kata Presiden.

10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;

“Ya” kata Presiden.

1000.000 … / ∞ = 0 ;

“Ya” kata Presiden.

(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;


“Ya” kata Presiden.

Dosa / ∞ = 0 ;

“Ya” kata Presiden. ———————————————–“

Nah…” lanjut Prof,

1 x ∞ = ∞ ;

“Ya” kata Presiden

½ x ∞ = ∞ ;

“Ya” kata Presiden.

1 zarah x ∞ = ∞ ;

“Ya” kata Presiden.

“… ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”

“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.

Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden)” jawab Profesor. Bung Karno diam sejenak . “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. Dan Bung Karno terlihat semakin penasaran. Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya. Profesor Kadirun Yahya pun lanjut menjawabnya. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.”

“Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati”, jelasnya.

“Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan ?” tanya Presiden kemudian.

“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof. “Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya : Bahwasanya Al-Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.

Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS.Al-Hijr :29 – Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”. “Nur Ilahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof. Prof melanjutkan, “Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti : Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum!

Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.

“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari – cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huygens)”, jelas Prof. Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Ilahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”

“Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Presiden“, Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah SWT. -Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang- (HR. Abu Daud dan An-Nasay).

Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih : “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku”. Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya.

Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon:“Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti.(ARN/Atlantis Indonesia/MM)

Kamis, 22 Maret 2018

Meditasi Kesehatan

JENIUSNYA RASULULLAH SAW TENTANG KESEHATAN

"Sembuhkan sakit hatimu, maka akan sembuh seluruh tubuhmu"

Ada orang yang punya sakit hati yang benar-benar kronis...
Benci banget ?
Dendam banget ?
Nggak suka banget ?
Sedih Banget ?
Kecewa banget ?

Semua itu dianggap serius, sampai sakitnya berdampak pada tubuh.
Begitu muncul dalam bentuk penyakit kanker, diabetes, sakit jantung, baru diatasi.

Dan yang diatasi pun hanya dipermukaannya saja.

Diatasi dengan operasi, obat Herbal bertahun-tahun bahkan seumur hidup, kemo, radiasi. Semua yang membuat sel-sel tubuh luluh lantak.

Tapi akar masalahnya, tidak diatasi.

Akar masalahnya adalah, hati yang sakit dan semakin rusak.
Kemudian merusak seluruh jaringan tubuh.

Darah tetap dibiarkan asam.
Kondisi tubuh asam.
Pikiran tetap stress, jiwa tak tenang.
Dendam masih banyak.
Kecewa masih berlanjut.
Perasaan masih tidak enak.
Benci masih kuat.

SECARA TIDAK LANGSUNG, KITA MEMBUNUH DIRI SENDIRI

Serius?

Ingat Rasulullah Shallallahu 'alayhi wassalam, pernah berkata :

"Ada segumpal daging yang jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Dan kalau ia rusak maka seluruh tubuh akan rusak."

Itulah "H A T I"

Seharusnya ia selalu ada dalam kondisi indah dan baik.
Selalu ikhlas, menerima ketentuan ALLAH, bersyukur, tulus berbagi dan bahagia bersama...

Seperti anak yang selalu bahagia dan tertawa.
Seperti itulah kondisi hati kita seharusnya.

Pada saat kita sudah tak lagi seperti itu, itulah saat penyakit muncul. Dan deteksi dini harus dilakukan.

Akar permasalahan harus diatasi.
Hati perlu terus dicuci dan di bersihkan.

Tanda hati bersih dan suci adalah :

Selalu bahagia atas kebahagiaan orang lain..
Selalu semangat berbagi tanpa pamrih..
Selalu Ridha dengan segala ketentuan yang ALLAH berikan untuk kita.

Termasuk saat kita dimusuhin ? Dibenci ?

Gak apa-apa...Berarti Dosa kita, jadi ada yang tanggung

Di dzalimi ?

_*Wah,ini dia saatnya doa-doa kita tak ada batasnya dengan Sang Pemberi, Pengasih Penyayang.*_
ALLAH Arrahmaan Arrahiim...

Hati akan selalu bahagia atas kebahagiaan orang lain, gembira, apapun yang terjadi, siapapun itu.

Termasuk bahagia bagi mereka yang konon kata orang merugikan kita, tapi kita tidak perlu merasa rugi.
Karena semua ada hikmahnya.

PASTIKAN ITU.

Kalau hati terasa tidak baik, dengan tanda2 :
ada rasa sedih, kecewa, benci, dendam, segera action...

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan :

1. IKHLAS

Tarik nafas, buang nafas.
Setiap nafas adalah nafas baru, harapan baru.

Jangan pusing dengan yang lalu dan jangan khawatir dengan yang belum terjadi.

2. TERIMA DAN HARGAI.

ALLAH Maha Besar dan Maha Tahu, ALLAH tahu yang terbaik buat kita, semua pasti baik dan bermanfaat.

3. BERSYUKUR DIBALIK BENCANA JADI KARUNIA.

Bertanyalah: “Kenapa ya kira-kira ALLAH – Yang Maha Kasih dan sangat mengasihiku, memberikan sesuatu yang tidak kusukai dan tidak sesuai dengan harapanku ini?

Kira-kira apa kebaikan di baliknya?

Ada pelajaran.
Rubah Mindset-nya husnudzon, berbaik sangkalah sama ALLAH.

4. BERBAGI TANPA PAMRIH.

Apapun hikmah yang ada, pasti bisa dibagi.

Pasti ada pengalaman baru, kesadaran baru, yang bisa diberikan pada yang lain.

Bagilah senyum pada semua.
maafkan semua orang.

Do'akan semua orang yang pernah singgah di hati kita.

Apa do'a yang harus di panjatkan untuk diri sendiri dan orang yang terkait?

Apa kira-kira yang kita bisa lakukan dengan lebih baik lagi, untuk hanya mengharap Ridha ALLAH semata.

5.  BAHAGIA SAAT ORANG LAIN BAHAGIA.

Termasuk orang yang awalnya tidak Kita sukai....
Kita benci....
Kita anggap merugikan.
Kita anggap mengecewakan.

Apalagi terhadap orang2 yang berjasa kepada kita..
Muliakan mereka sebagai wujud rasa syukur kepada ALLAH.
Kita jadi tegar seperti sekarang.
Ada jasa terbaik mereka di hati kita.

Muliakan saudara kita yang pernah menolong kita, meskipun si penolong membuat kecewa dan kecewa.
Maafkan kekecewaaannya.
mulyakan jasanya..
ALLAH-lah yang akan membalas segala keikhlasan..

Ketika penyakit hati pelan-pelan sembuh.
Maka begitu juga penyakit tubuh akan hilang dan sembuh.

Ayo berusaha selalu jaga kesehatan hati mulai detik ini.

Semoga tidak ada lagi rasa benci atau kecewa di hati kita.

Awali hari dengan Bismillah dan akhiri hari dengan Alhamdulillah.

Semoga ALLAH Ridha dengan niat kita untuk selalu MEMBERSIHKAN HATI.
Aamiin YRA.

Semoga Bermanfaat.

Selasa, 20 Maret 2018

Adam dan Nur Muhammad

NUR MUHAMMAD 
Cahaya Nabi Muhammad SAW.

SALAH SATU amalan yang konsisten dilakukan oleh para ulama salaf, bila seruan adzan sampai pada "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah" mereka mencium ujung kedua jempol mereka sembari mengucap:

مرحبا بحبيبي وقرة عيني سيدنا محمد بن عبد الله

(Marhaban bi-habibi wa qurrati 'ainiy sayyidina Muhammad ibn Abdillah).
Setelah itu ujung jempol itu mereka usapkan ke kedua kelopak mata mereka. Apa pasal?

Imam Abdullah ibn Alwi al-Haddad rahimahullah dlm kitabnya:

سبيل الإدكار والإعتبار فيما يمر بالإنسان من الأعمار

menjelaskan bhw setelah Nabi Adam
diciptakan oleh Allah para malaikat selalu membuntutinya ke mana pun ia pergi.

Melihat fenomena tsb ia heran, lalu bertanya kpd Allah, "Ya Allah, mengapa para malaikat itu selalu membuntutiku?" Allah menjawab:
"Wahai Adam, mereka sangat tertarik pada cahaya seseorang dari keturunanmu yang ada di sulbimu".

Lalu Nabi Adam memohon agar cahaya itu dipindahkan ke bagian depan raganya.

Maka Allah pun memindahkan cahaya tersebut ke tempat di antara kedua alis Nabi Adam, dan kontan saja para malaikat berebut utk selalu berada di hadapannya dan memandangi wajahnya. Merasa semakin penasaran, Nabi Adam lalu mohon agar Allah berkenan menampakkan cahaya itu kepadanya. Maka Allah pun menampakkannya di kuku kedua jempol Nabi Adam. Ternyata cahaya itu luar biasa indah membuat Nabi Adam terkagum-kagum padanya. "Ya Allah, cahaya siapakah ini?" tanya Nabi Adam. Allah menjawab, "Wahai Adam, itu adalah Nur Muhammad. Seandainya tdk karena dia maka tdk Aku ciptakan jagad raya ini".

Nabi Adam sangat bangga dengan Nur Nabi Muhammad SAW. yg ada pada dirinya. Ia pun lantas mencium kedua jempolnya sambil mengucap: Marhaban Bi Habibi Wa Qurroti 'Aini... dst, kemudian diusapkannya cahaya itu ke kedua matanya.