Kamis, 11 Oktober 2018

syukur dan doa

TINJAUAN SAINS BAHASA DOA ANTARA DAVID R. HAWKINS DALAM BUKUNYA POWER VS FORCE DENGAN BAHASA DOA GREGG BRADEN DALAM BUKUNYA DIVINE MATRIX.

Dalam buku Divine Matrix karya Gregg Braden bahwa doa yang sejati adalah bahasa 'rasa'. Atau dengan kalimat yang sederhana rasamu adalah doamu.

Fungsi bahasa dalam doa adalah alat untuk membangkitkan 'perasaan'. Tuhan bukan melihat untaian kata yang indah dan panjang, namun Dia melihat 'rasa' dibalik bahasa yang di ungkapan.

Jadi dengan bahasa apapun anda berdoa tidak menjadi masalah. Karena point utamanya adalah frekuensi 'rasa' yang di pencarkan. Sehingga jika anda menggunakan bahasa doa yang anda sendiri tidak mengetahui artinya, maka anda hanya perlu merasakan makna doa yang anda ucapkan.

Nama bahasa doa yang paling tinggi frekuensinya adalah bahasa 'Diam'  tanpa kata, hanya menggunakan rasa. Bahasa diam ini sesungguhnya bukanlah diam sama sekali, namun getaran yang berfrekuensi tinggi sehingga getaran itu 'seolah diam' dalam medan quantum bahasa diam ini memiliki gaya dan energi yang sangat tinggi.

Apa itu bahasa 'Diam'? Bahasa diam adalah' syukur ' dan' menghargai '. Dengan bahasa syukur dan menghargai semua variabel alam semesta seolah dipaksa' tunduk' oleh Tuhan untuk mengabulkan doa sang pengucap.

Syukur dan menghargai itu dibaca oleh Matrix Ilahi sebagai bahasa yang 'sudah terjadi' walaupun secara nyata belum berwujud, namun secara energial sudah terjadi. Yang selanjutnya akan berproses menuju kenyataan atau realitas.
Sehingga dalam kasus kehidupan manusia orang yang banyak bersyukur dan menghargai adalah orang yang paling mudah dan tercepat dalam terkabulnya doa.

Nah itulah dalam Alquran orang yang bersyukur itu pasti akan di tambah nikmatnya oleh Tuhan, tanpa harus meminta ini dan itu. Lantas apakah untaian doa yang bagus dan indah itu salah? Oh tidak...! Yang penting anda paham 'rasanya'. Jika anda fasih dan hafal doa yang indah namun anda tak merasakan makna doa yang anda ucapkan itu adalah sia-sia.

Nah dalam buku Power vs Force karya David R. Hawkins rasa syukur ini muncul pada tabel diatas level 200 sedangkan dibawahnya adalah orang orang yang ingkar dan mengeluh.

Nah bahasa rasa syukur yang Power adalah mulai level 500, 600 dan 700+. Bahasa 700+ ini adalah frekuensi yang sangat tinggi mendekati diam itu sendiri.

Musuh bahasa syukur adalah 'mengeluh'. Dalam Matrix Ilahi bahwa mengeluh ini memiliki energi dan frekuensi yang rendah, sehingga akan bersuperposisi dengan energi syukur yang tinggi. Hasil perpaduan antara energi syukur dan mengeluh itulah jawaban dari doa kita.

Jadi kesimpulan tulisan saya ini adalah mengajak kepada kita untuk mawas diri disetiap detik dan momen untuk merasakan syukur dan menghargai, serta mengurangi rasa mengeluh dan mengeluh agar fokus doa kita berfrekuensi tinggi. Inilah yang disebut dengan mawas diri /awerenes itu. Sadar penuh hadir utuh. Hidup saat ini sekarang.

-ST -

Minggu, 07 Oktober 2018

rejeki yg berbeda

*Guru Dan Murid Tertawa Karena Beda Pendapat" ttg REZEKI*
.
Imam Malik ( guru Imam Syafii ) dalam majlis menyampaikan :
*Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan meberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya.*
.
Sementara Imam Syafii ( sang murid berpendapat lain) :
*Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.*
*_Guru dan murid bersikukuh pada pada pendapatnya._*
.
Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memanen anggur. Diapun membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.
*Imam Syafii girang, bukan karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang dari sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Seandainya dia tak membantu memanen, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.*
.
Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, dia bercerita. . Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat *“seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”*
.
Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berucap pelan.
*“Sehari ini aku memang tidak keluar pondok...hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur.* ......Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. *Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”*
.
Guru dan murid itu kemudian tertawa. Dua Imam madzab mengambil dua hukum yang berbeda