Selasa, 04 Februari 2020

reingkarnasi

Penglihatan spiritual.

Ada sebuah riwayat suatu ketika Abu Basyir, salah seorang pengikut dan murid setia Imam Ja’far al-Shadiq, ikut bersama gurunya menunaikan ibadah haji. Ketika sedang bertawaf Abu Basyir bertanya kepada Imam Ja’far: “Apakah Allah akan mengampuni semua orang yang melaksanakan ibadah haji ini?”

 Imam Ja’far menjawab: “Hai Abu Basyir, sebagian besar dari orang yang engkau saksikan ini adalah kera dan babi.” 

Abu Basyir pun meminta, “Tunjukanlah kepadaku hakikat mereka.” Imam Ja’far pun mengusapkan kedua telapak tangan beliau ke kedua mata Abu Basyir, seraya mengucapkan beberapa kalimat. 

Tiba-tiba Abu Basyir melihat sebagian besar dari mereka yang mengelilingi Ka’bah adalah kera dan babi dan ia pun merasa ketakutan. Lalu, Imam Ja’far kembali mengusapkan kedua tapak tangan beliau ke kedua mata Abu Basyir sehingga ia pun kembali menyaksikan bentuk lahiriah orang-orang yang sedang tawaf itu.

Orang-orang yang hatinya bersih dan telah mencapai Mukasyafah, yaitu penglihatan ruhaniahnya sudah tersingkap, maka ketika melihat seseorang akan muncul bentuk hakekat wujudnya sesuai dengan perbuatan selama ini.

Walaupun secara dhohir wujudnya manusia yang ganteng dan tinggi berwibawa, belum tentu wujud hakekatnnya manusia. Begitu juga orang yang memiliki gelar keagamaan, memakai jubah kebesaran agama, surban yang besar, jenggot yang lebat dan jidat yang hitam belum tentu hakekat wujudnya adalah manusia. 

Bahkan banyak yang wujudnya adalah hewan-hewan yang hina dan najis. Karena hakekat wujud ruhani manusia itu sesuai dengan karakter watak dan perbuatan sehari-hari. Wujud babi adalah simbol manusia yang suka berbuat dosa besar seperti berzina. Sedangkan Wujud kera adalah sifat yang menentanh perintah Allah, seperti kaumnya Nabi Musa as. yang dikutuk menjadi kera karena melanggar dan menentang perintah Allah agar tidak pergi mencari ikan pada hari sabtu.

Begitu juga sifat-sifat hewani dalam diri manusia akan membentuk hakekat wujud hewan secara ruhani pada diri manusia sesuai dengan karakternya masing-masing. Jika sifat-sifat hewani dalam diri manusia tidak dibersihkan maka kelak meninggal dunia setelah disiksa  di akherat akan dilahirkan kembali dalam bentuk hewan yang sesuai dengan karakternya.

Sebaliknya orang-orang yang sudah mukasyafah sehingga penglihatan ruhaniahnya sudah disingkapkan, ketika melihat  hewan, ternyata tidak semua hewan itu adalah murni hewan. Melainkan ada yang wujudnya hewan akan tetapi hakekatnya adalah manusia yang sedang dihukum oleh Allah dalam wujud hewan seseuai dengan dosa dan perbuatannya.

Dalam istilah Jawa disebut dengan "Kewan Kamanungsan" yaitu hewan yang sifatnya sama mirip manusia. Biasanya hewan-hewan ini hidupnya berada dalam lingkungangan manusia bahkan hewan yang dipelihara. Bisa juga hewan yang liar di hutan.

Saya dahulu pernah ketika silaturrahmi ke seorang Kiyai yang suka laku ruhani, ketika saya bertanya tentang bab tasawuf, tiba-tiba ada kambing yang besar masuk ke ruang tamu, ayam jago dan kucing juga masuk ke ruang tamu dan mendengarkan pembicaraan kami. Hewan-hewan tersebut diam dan seakan-akan menyimak apa yang kami bicarakan.

Sayapun berkata, "Yai. ini hewan peliharaannya ikut ngaji."

Kiyai tersebut menjawab, " Mereka ingin menjadi manusia."

Memang betul ada hewan yang murni hewan ada hewan yang tidak murni hewan melainkan hakekat wujudnya  mereka adalah manusia yang terkena maskhun yaitu perubahan bentuk manusia menjadi hewan karena  perbuatan dosa-dosanya. Inilah yang sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah hadits.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " فُقِدَتْ أُمَّةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا يُدْرَى مَا فَعَلَتْ ، وَلَا أُرَاهَا إِلَّا الْفَأْرَ أَلَا تَرَوْنَهَا إِذَا وُضِعَ لَهَا أَلْبَانُ الْإِبِلِ لَمْ تَشْرَبْهُ ، وَإِذَا وُضِعَ لَهَا أَلْبَانُ الشَّاءِ شَرِبَتْهُ " ، قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ : فَحَدَّثْتُ هَذَا الْحَدِيثَ كَعْبًا ، فَقَالَ : آنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ ، قُلْتُ : نَعَمْ ، قَالَ : ذَلِكَ مِرَارًا ، قُلْتُ : أَأَقْرَأُ التَّوْرَاةَ ، وقَالَ إِسْحَاقُ فِي رِوَايَتِهِ : لَا نَدْرِي مَا فَعَلَتْ .

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Satu kaum dari Bani Israel telah hilang-lenyap tanpa diketahui sebab apa yang telah dikerjakan dan tidak terlihat, kecuali (dalam bentuk) tikus. Tidakkah kamu lihat, jika (tikus itu) diberi susu unta, ia tidak meminumnya, tetapi jika diberi susu kambing ia meminumnya . (Hr. Muslim) 

عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِضَبٍّ فَأَبَى أَنْ يَأْكُلَ مِنْهُ وَقَالَ لَا أَدْرِي لَعَلَّهُ مِنْ الْقُرُونِ الَّتِي مُسِخَتْ

Dari Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah diberi daging biawak, namun beliau enggan untuk memakannya seraya bersabda: "Saya tidak tahu (mengenai daging ini), barangkali ia adalah makhluk yang dahulu pernah Allah ubah wujudnya."(Hr. Muslim) 

Bahkan dalam kitab Kanzul Ummal fi sunani aqwal wa af’al, karya al-Muttaqi al-Hindi, pada huruf, kho’, hadits nomor: 15254, ada sebuah riwayat yang menjelaskan tentang adanya Maskhun yaitu perubahan bentuk wujud manusia menjadi hewan karena dosa dan maksiat yang dikerjakannya.

Dari Ali bahwasanya Rasulullah Saw. ditanya tentang al-maskh maka Beliau bersabda: mereka (yang telah dirubah bentuk nya) itu ada tiga belas jenis yaitu: gajah, beruang, babi, monyet, belut, biawak, kelelawar, kalajengking, ulat-ulat jentik ,  laba-laba, kelinci, suhail, zuhroh.

Perlu diperhatikan tidak setiap hewan itu asalnya dari manusia yang dirubah wujudnya, sebagian dari mereka ada yang murni hewan sedangkan  sebagian berasal dari manusia. Orang yang awam tidak akan mengenali mereka, akan tetapi hanya orang-orang yang mukasyafah yaitu tirai penglihatannya di singkapkan sehingga sangat tajam mengenali mereka.

Mereka sangat sedih dan menyesal serta memohon pertolongan pada orang-orang yang sudah mukasyafah yang mampu melihat hakekat mereka untuk minta didoakan dan disempurnakan moga dalam kehidupan berikutnya bisa menjadi manusia sehingga bisa meneruskan perjalanan jiwa.

Orang awam melihat dengan kedua mata yang dhohir, sedangkan orang yang sudah Mukasyafah melihatnya dengan Mata Bashirohnya sehingga bisa melihat hakekat wujud yang dilihatnya secara tajam.

فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ

"Maka  Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." [ Qs. Qaf:22 ]

#cahayagusti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar