SURAT DARI BUMI
Setiap hari ada surat dari bumi, tentang yg tumbuh dan mati.
Waktu berjalan dan rambutkupun seperti warna pelangi, beraneka di sana sini.
Kata bumi, walaupun nadi manusia dialiri keluh dan pengaduan huruf huruf lusuh tak berkesudahan. Atau dinafasi kisah kebahagiaan bab bab dalam penggalan, dia akan bernasib seperti gunung, hutan dan sungai sungai yg bakal digulung.
Aku jadi merenung, di tikungan zaman nanti apa yg akan aku sisakan? Apakah angan angan yg terus sesenggukan menuntaskan derita dan penyesaln. Ataukah ini kesempatan untuk menjadi paham tentang hitungan pertambahan dan perkalian hutang hutang agar hidup hatiku tidak dirundung kebingungan?
Bumi bercerita tentang erangan hewan yg gaduh disandera dalam kurungan. Tapi, katanya, aku adalah manusia yg mestinya bisa merdeka di atas genangan air mata.
Apakah engkau tidak lihat, wahai manusia, langit begitu dekat, bintang bintangnya bergetar menceritakan hidup yg nyaman (meski di hatimu cuacanya kelam).
Langit begitu akrab, dan cahaya bintang mendekap. Dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, buanglah cemas. Mari meniti laut tanpa ombak. Menitipkan doa dengan lambaian hati melaju untuk menghancurkan semua yg membatu.
(Venedict, memoriam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar