Minggu, 15 September 2019

Ikhsan

ICHSAN

Kehidupan sehari hari kita boleh dikatakan mengandung unsur atau nilai estetik. Memilih pakaian, tata cara bergaul, berbicara atau mengungkapkan sesuatu melalui gambar, tulisan, dll. Segala aktivitas mengandung nilai nilai keindahan. Jadi sebetulnya kita semua sdh akrab dengan seni, dan itu natural, upaya kitalah yg membuatnya jadi kultural. Semoga.

Saya cerita ya; Seni itu memang penghias kehidupan manusia sehari hari yg didapat dari upaya merealisasikan dorongan humanistik untuk mengejar perasaan keindahan, dan karena itu dapat meningkatkan rasa senang dalam segala tahapan kehidupan manusia. Seni bisa menjadi penghias eksistensi manusia. Apapun yg kita kerjakan dengan seni itu bukan hanya menyenangkan tetapi juga menyehatkan jiwa. "Ada seninya" kata orang.

Namun begitu, walaupun semua aktivitas itu mengandung nilai estetika, belum tentu lho menimbulkan "surprise" atau kekaguman sanubari. Makanya tadi saya katakan "kita perlu upaya untuk menjadikannya kultural". Banyak tulisan yg baik muatan dan benar pesannya, tetapi barangkali kurang pesona.
Karena tulisan yg baik memang bukan hanya menyangkut gagasan dan pesan, sebab semua tulisan pasti digagas dan menyampaikan pesan tertentu.
Masalahnya terletak pada kemampuan estetik, yg kemampuan penyajianya mencakup bentuk dan keahlian tertentu yg akan melahirkan gaya gaya tertentu dalam bentuk yg indah. Juga menyangkut konsep arti yg mencakup pesan dan kaitan lambang lambang sebagai ekspresi keindahannya. Jadi selain ada konsep "arti", ada konsep "keindahan".

Alangkah baiknya jika penyajian itu merupakan daya kreasi kultural yg otentik ketimbang natural dan organik.
Kita bisa memperhatikan gaya bahasa dalam aforisme Imam Ali logikanya mengandung aspek puitis, dan puisi puisinya mengandung aspek logika. Tidak banyak orang mengikuti jejak bahasa beliau. Begitu juga cara bahasa Einstein, atau Cak Nur dan Goenawan Muhamad di Indonesia ini.

Tapi tetap besar hati ya, Bagaimanapun ungkapan hari hari dan ungkapan ilmiah juga ada indahnya, meskipun berhenti di tataran akal budi dan belum menggetarkan sanubari. Akan tetapi saya tidak sabar untuk segera mengatakan kepada kita dan untuk kemajuan bersama bahwa semakin indah sesuatu akan nampak semakin benar, dimana keindahan hakiki ada di dalam pengertian pengertian. Ini namanya Ichsan dalam bahasa agama.

Sahabatku,
Tempat terbaik adalah disini, dimana kita berada dan mengerti. Waktu terbaik adalah saat ini dimana kita hadir dan mengerti. "Keindahan" dan "arti" seperti dua mata dalam satu jiwa. Kita sudah punya modal keduanya, tinggal kemauan kita memahaminya.

Jika Imam Ali mengatakan bahwa "Jiwa manusia itu sering lelah, maka berikanlah kepadanya ucapan ucapan indah untuk menyegarkannya", maka perlunya keindahan tidak perlu dijelaskan lagi. 😊😍

Ichsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar