بِسْمِ اللّــٰهِ الرَّحْــمٰنِ الرَّحِـيْمِ
{ اَللّـٰــهُمَّ صَلِّ عَـلـٰى سَـيِّــدِنَـا مُحَــمَّدٍ وَعَـلـٰى أٰلِ سَـيِّـدِنَـا مُحَمَّدٍ عَـرْشِ اسْتِـوٰئِى تَجَلِّيـَاتِكَ وَكُـنْـهِ هُوِيَّــةٍ تَنَزُّلاَتِكَ النُّوْرِ اْلأَزْهَرِ وَسِرِّ الْأَبْهَرِ وَالْـفَرْضِ الْجَامِعِ وَاْلوِتْـرِ اْلوَاسِعِ صَلَاةً أُشَاهِدُ بِـهَا عَـجَائِبِ الْمَلَـــكُوْتِ وَأَسْتَـجْلِــىَ بِـهَا عَـرَائِشَ الْجَــبَـرُوْتِ وَأَسْتَمْطِرُ بِـهَا غُـيُوْثَ الرَّحَمُوْتِ وَأَرْتَضُ بِـهَا عَنْ إلـٰىقَـةِ نَسُوْتِ اْلبَـهَمُوْتِ يَالاَهُوْتَ كُلِّ نَاسُوْتِ يَـا اَللّـٰــهُ }
[ Maka bagi yang mengucapkan selawat atas Nabi, pada hakikatnya memperolehi rahasia darinya. Abadikanlah oleh anda mengenai hal yang demikian itu dengan penerimaan yang sempurna, sehingga habiskanlah semua waktu anda dalam upaya mencintai Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam. Apabila anda telah melaksanakannya, niscaya ALLAH akan menyingkapkan kepada anda pelbagai keindahan berupa hakikat Muhammadiyyah. Kemudian di dalam kandungan keindahan Nabi ini, anda akan naik kepada musyahadah untuk menyaksikan keindahan Wujud Mutlak ALLAH Subhanahu wa Ta 'Alaa karena Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam berasal dari Nur Dzat-NYA. Salah satu indikasi faktual keduniawian untuk menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam diciptakan dari Nur Dzat-NYA adalah bahwa bayang-bayang tubuh Nabi tidak sampai jatuh mengenai bumi, sebagaimana bayang-bayang manusia lain pada umumnya.
Apabila anda telah membiasakan diri untuk tetap berselawat kepada Nabi, maka anda termasuk di antara orang-orang yang mewarisi sang Nabi serta menjadi imam atau panutan yang memberi petunjuk kepada segenap makhluk. Begitulah pernyataan yang keluar dari sebuah risalah berjudul Igaṡah al-Lihfan wa Mu’anisah al-Wilhan, yang ditulis oleh Syeikh Masyayikhina Quṭb az-Zaman Mawlana Syeikh ‘Abd al-Karim Muḥammad Ibn ‘Abd al-Karim as-Samman q.s.
Menurut Syeikhuna al-‘Arif bi Allah Mawlana Syeikh as-Siddiq Ibn ‘Umar Khan r.h. di dalam Syarh Qasidah ‘Ayniyyah:
“Ketahuilah bahwa Syeikh kami, ‘Abd al-Karīm as-Samman, adalah termasuk di antara ulama yang mengamalkan agama dengan kuat (qawwim) dan senantiasa berada di jalan (warid) Kalam yang qadim (al-Qur’an), yang memerintahkan:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ ابْتَغُوْا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ }
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada ALLAH dan carilah wasilah yang mendekatkan diri kepada-NYA.” (al-Ma'idah: 35)
Pertanyaannya adalah apakah wasilah yang paling mulia daripada Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam dan apa pula wasilah (perantara) hamba untuk mengenal ALLAH yang lebih utama daripada Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam? Jawabannya adalah Nabi kita Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam itulah merupakan wasilah dan wasiṭah yang paling mulia, lantaran ia diberi keutamaan (fadilah).
Dengan segenap harapan, memohon pertolongan ALLAH Subhanahu wa Ta 'Alaa dan barakah Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam agar Cahaya Muhammad dihadirkan di hadapan anda. Apabila anda mengucapkan selawat kepada Nabi pada saat itu, maka objektifnya yang diminta, yaitu ALLAH Sallallahu 'alaihi wasallam, akan hadir di sisi anda, persis ketika anda mengucapkan kalimat: “Allahumma Solli" (Ya ALLAH, sejah- terakanlah!). Dan begitu anda melafalkan: “ta” dalam kalimat “Sollayta” maka anda akan diingatkan secara spiritual bahwa yang mengucapkan selawat atas Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam itu tidak lain hanyalah rahasia Nur-NYA yang mengalir pada segala sesuatu yang diperuntukkan bagi Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam.
Maka ketahuilah bahwa seseorang yang masuk dari Pintu Nabi untuk sampai ke hadirat ALLAH Subhanahu wa Ta 'Alaa, yakni seseorang yang me-musyahadah-kan Nur Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam, maka, tentu saja dengan sebab musyahadah tersebut, ia akan sampai kepada musyahadah terhadap Dzat ALLAH Subhanahu wa Ta 'Alaa. Di samping itu, dia lebih sempurna ketimbang Sufi-sufi lain yang menempuh jalan lain, sekalipun juga sampai kepada musyahadah-NYA. Dia menjadi lebih sempurna daripada orang yang memperoleh musyahadah tersebut melalui jalan jazbah Ilahiyyah (yang secara spontan dirangkul oleh ALLAH). Orang yang menempuh jalan terakhir ini tidaklah betul-betul mencari atau mengadakan laku spiritual yang berat atau secara khusus, melainkan hanya mengikuti apa yang diperintahkan ALLAH dengan menegakkan sifat-sifat kehambaan yang biasa.
Adapun para nabi (anbiya') dan para wali (awliya') yang mengenal Dzat ALLAH dengan sebab memandang dan menyaksikan (musyahadah) Nur Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam, mereka itulah para nabi dan para wali yang disebut dan diposisikan di bawah qadam Nabi kita Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam. Lantaran itu pula Syeikhuna yang disebut di atas memberikan ijazah kepada saya yang fakir ini lantaran me-musyahadah-kan Nur Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam tersebut. Syeikh kami – Syeikh as-Siddiq Ibn ‘Umar Khan r.h. – itu berpesan kepada saya:
“Musyahadah-kanlah Nur Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam, karena ia mengalir ke dalam setiap rahim dan batang tubuhmu serta pada segala ka’inat (segala sesuatu yang ada) laksana mengalirnya air dalam tumbuh-tumbuhan. Insya-ALLAH ... ALLAH akan menyingkapkanmu keindahan Dzat-NYA Yang Wajib al-Wujud Yang Suci. Hal ini menjadi syarat bagi para hamba untuk dapat mengenal-NYA, sebab ALLAH tidak mungkin dapat dikenal melainkan dengan Nur-NYA yang mengalir pada kita semua para hamba-NYA dengan perantara Nur Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam. Sedangkan, tubuh kita yang kasar dan zulmah (hina) ini sama sekali tidak dapat mengenal-NYA.” ]
» Syeikh Muhammad Nafis Ibnu Idris Al-Banjari - (Ad Durr An Nafis).
(( للهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد النور الذاتي والسر الساري في سائر الاسماء والصفات وعلى أله وصحبه وسلم ))
" اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَكُوْنُ لَكَ رِضَاءً وَلِحَقِّهِ أَدَاءً وَأَعْطِهِ الْوَسِيْلَةَ وَابْعَثْهُ الْمَقَامَ الْمَحْمُوْدَ الَّذِيْ وَعَدْتَه وَاجْزِهِ عَنَّا مَاهُوَ أَهْلُهُ وَاجْزِهِ أَفْضَلَ مَا جَازَيْتَ نَبِيّا عَنْ أُمَّتِهِ وَصَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى جَمِيْعِ إِخْوَانِهِ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ الصَّالِحِيْنَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar