Selasa, 15 Oktober 2019

Dalil Shalawat

🌷اللهم صل على سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد🌷
جز ى الله عنا سيدنا محمدا صلى الله عليه و سلم ما هو اهله

RASULALLAH SAW BERSABDA :

“Bacalah kamu sekalian shalawat kepada-Ku, maka sesungguhnya bacaan Shalawat kepada-Ku itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian dan barang siapa membaca Shalawat kepada-ku satu kali, Allah SWT membalas kepadanya sepuluh kali  (RIWAYAT IBNU ABI ‘ASHIM DARI ANAS bin’ MALIK)

اللهم صل على سيدنا محمد
الفا تح لما أغلق
والخا تم لما سبق
نا صرالحق بالحق
و الهادي إلى صرا طك المستقيم
و على آله حق قدره و مقدا ره العظيم

Sabtu, 12 Oktober 2019

Manusia lahir dengan tujuh jiwa

Tujuh Jiwa

Manusia memang bukan seonggok daging yang hidup. Yang hidup seperti hewan, atau seperti tumbuhan.
Kalau hewan dan tumbuhan memang betul, hanya seonggok daging yang hidup. Ia hidup dari air, udara, cahaya, dan mineral dari bumi. Tugasnya hanya mengembangbiakkan kehidupan di bumi. Dan sebagai sarana kebutuhan hidup manusia.

Tetapi, manusia diciptakan sebagai komponen yang komplit. Jika tumbuhan dan hewan hidup di bumi ini sebagai sarana kebutuhan manusia, maka manusia hidup di bumi ini sebagai sarana Tuhan untuk "berkreasi".

Untuk itu Tuhan menciptakan manusia dalam dua komponen. Lahir dan batin.

Bentuk batin manusia dilengkapi dengan jiwa. Jiwa seakar kata dengan "nafs". Bentuk jamak dari "nafs"  adalah "anfus", atau "napas". Orang Jawa menyebut napas itu "ambekan", yang berasal dari kata "ambek" yang artinya batin, atau rasa. Dengan demikian napas merupakan bagian pokok dari jiwa atau kehidupan.

Bukan hanya manusia yang bernapas. Tumbuhan dan hewan juga bernapas. Mereka juga memiliki jiwa untuk hidup. Hanya saja jiwa manusia, hewan dan tumbuhan berbeda. Asalnya dari yang satu, sama-sama berasal dari Sang Pencipta. Namun kualitasnya berbeda.

Manusia dilengkapi dengan "Al-nafs al-Amarah", jiwa Amarah. Jiwa yang berkaitan dengan kehidupan fisik disebut jiwa Amarah. Jiwa Amarah bukan nafsu amarah yang kerjanya marah-marah. Tetapi jiwa yang kerjanya berdasarkan kodrat yang ditetapkan Tuhan.

Lahirnya kita merupakan perwujudan aktivitas dari jiwa Amarah. Semua makhluk hidup mempunyai jiwa Amarah untuk pertumbuhan, dan kehidupan. Inilah jiwa dasar. Jiwa yang berfungsi untuk mengoperasikan seluruh organ tubuh manusia. Jiwa Amarah disebut juga naluri. Semua organ tubuh kita bergerak sesuai nalurinya. Jiwa ini juga disebut pikiran tak sadar, "Unconscious mind state".

Kemudian ada "Al-Nafs al-Lawwamah" jiwa Lawwamah. Jika jiwa Amarah melekat pada kulit terluar bagi manusia, maka jiwa Lawwamah merupakan kulit yang lebih halus yang letaknya setingkat lebih dalam. Jiwa ini bisa ke luar masuk jasad, baik tatkala dalam kondisi sadar maupun tidur.

Ketika tidur jiwa Lawwamah mengembara, maka manusianya bermimpi. Dalam tidur jiwa ini ke luar untuk melihat peristiwa yang terjadi saat itu. Ia tidak terikat oleh ruang, tetapi waktu terjadinya pada saat jiwa itu mengembara. Mimpi yang terjadi adalah karena jiwa Lawwamah merekam semua peristiwa dari masa lampau. Mungkin saja saat bermimpi itu kita merasa melihat suasana yang asing yang tidak pernah kita ingat. Tetapi secara tidak sadar, jiwa ini telah merekamnya.

Sistem kerja jiwa Lawwamah adalah merekam kejadian disekitarnya secara otomatis. Baik dalam keadaan terjaga maupun tidur. Orang barat menyebut jiwa ini sebagai pikiran bawah sadar, "Subconscious mind state."
Jiwa inilah yg mendorong manusia terikat pada kehidupan dunia. Jika yang terikat itu sesuatu yang menyakitkan dirinya dan mudah tampil ke permukaan kesadaran, maka orang yang bersangkutan mengalami hidup trauma. Jika yang terekam itu sesuatu yang menyenangkan atau kenangan manis dan tampil ke permukaan kesadaran, maka orang yang bersangkutan mudah melamun dan menghayal. Trauma dan melamun, sangat tidak baik bagi kesehatan jiwa.

Orang yang mengalami trauma hidupnya dalam keadaan terteror oleh dirinya sendiri. Ia akan tertekan oleh ketakutan yang tidak wajar. Seperti banyak dikalangan selebritis yang takut akan sesuatu yang tidak wajar.
Sedangkan orang yang bersifat melamun akan terjeblos ke dalam kehidupan yang tidak realistik. Ingin kaya dengan cara berjudi. Ingin hidup enak dengan bermalas-malasan.
Senang mengejar kebahagiaan semu. Misalnya, merasa bahagia jika dipuji, disanjung, diangkat-angkat nama dan kebaikannya, dihargai secara berlebihan, dan lain-lain.
Sifat-sifat itu melekat kuat pada masa kanak-kanak.
Karena tidak tertutup hingga dewasa, maka timbullah  berkhayal.

Salat, berzikir atau bermeditasi sebenarnya bagian dari cara untuk menutupi semua rekaman jiwa Lawwamah ini. Ketika kita salat, jiwa ini akan aktif. Makanya orang yang salat pikirannya mengembara kemana-mana. Apa yang tak teringat dalam keadaan biasa, akan muncul pada saat salat. Untuk menghapus memori atau kesan yang ada di dalam jiwa Lawwamah, maka diciptakanlah objek dalam salat, zikir, atau meditasi.

Objek dalam salat adalah membaca ayat-ayat, dan mengingat Allah. Objek di dalam zikir adalah membaca kalimat thayyibah "La ilaha illa Allah" baik secara lisan maupun dalam hati. Sedangkan objek dalam meditasi adalah benda, warna, simbol, atau bentuk-bentuk yang berhubungan dengan pengalihan pikiran.

Objek adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam salat, zikir atau meditasi. Jika tidak ada objek sama sekali, maka pikiran akan mengembara kemana-mana. Dan jika dipaksa untuk berkonsentrasi, kepala menjadi pusing.

Jiwa Lawwamah merupakan jiwa yang paling dekat dengan bentuk jasmani. Jiwa inilah yang bisa ke luar dari raga, atau meraga sukma. Bila ada orang yang menampakkan diri di lain tempat, misalnya tiba-tiba ada di Mekkah, itu semua merupakan wujud dari jiwa ini. Termasuk jika ada orang yang bertemu dengan jiwa orang yang mati, maka ia bertemu dengan jiwa Lawwamah orang tersebut. Karena jiwa ini masih terikat dengan kemelekatan pada dunia.
Tetapi umumnya manusia yg mengalami kematian terbebas dari belenggu jiwa ini.

Jiwa Lawwamah ini disebut juga jiwa perasa. Emosi, benci dan cinta ada di wilayah jiwa ini. Berbagai macam sifat negatif seperti iri, dengki, dendam, marah, kecewa, dan sebagainya, berasal dari jiwa ini. Jika seseorang memperturutkan dorongan yang timbul dari jiwa ini, maka rusaklah kehidupannya.

Perintah agama untuk salat, zikir, perenungan, meditasi, bertapa, atau apapun namanya adalah untuk menghilangkan kotoran memori yang ada di dalam diri manusia. Lalu jiwa diisi dengan energi positif yang berupa doa, mantra, ayat-ayat suci dan lain - lainnya. Sehingga dengan cara seperti itu hidup terasa tenang.

Lapisan jiwa yang lebih halus disebut, "Al-Nafs al-Mulhamah" atau jiwa Mulhamah. Jiwa yang dapat menerima ilham. Baik itu ilham yg bagus maupun ilham yg buruk. Namun jiwa ini berkemampuan memilih yang benar maupun yang salah. Keinginan dan kehendak bekerja di dalam jiwa Mulhamah.

Alam pikiran yang bekerja pada jiwa Mulhamah ialah pikiran sadar, "Conscious mind state."
Pikiran yang bisa menimbang-nimbang berbagai hal. Kemampuan rasionya meningkat. Dengan pikiran sadarnya, manusia bisa membandingkan berbagai macam objek yang diketahuinya. Emosi dan kekuatan negatif pada jiwa Lawwamah dapat diredam oleh kekuatan jiwa ini. Dapat dikendalikan sesuai dengan kenyataan yang ada di sekelilingnya. Yang perlu disadari dari kekuatan jiwa ini ialah kuatnya daya tarik terhadap materi.

Ketika di tahap jiwa Lawwamah, daya tarik terhadap materi tdk begitu menonjol. Namun di tahap jiwa Mulhamah daya tarik manusia terhadap harta benda dunia sangat kuat. Jika manusia terjebak di sini, maka ia sulit keluar dari cengkraman dunia, bahkan tidak tertarik dengan kehidupan spiritual.

Ada kaitan erat antara jiwa Mulhamah dgn jiwa Lawwamah. Dalam keadaan tidur jiwa Mulhamah ini juga suka wara-wiri. Apa lagi jika banyak angan-angan.
Jiwa ini tidak terikat oleh ruang dan waktu.

Menurut para psikologi, jiwa Mulhamah ada di alam astral. Suatu lapisan alam yang lebih halus dari pada alam eterik. Nah, jiwa Lawwamah ada di alam eterik. Jika kedua jiwa sama-sama ke luar badan pada saat tidur, maka mimpinya pun campur aduk. Masing-masing membangkitkan kesan yang berbeda.

Aktivitas jiwa Mulhamah memang lebih banyak mengenang masa lalu. Jika jiwa ini aktif dalam kesadaran seseorang, maka ia lebih terpanggil untuk hidup seperti hidup di masa lalu. Ia lebih tertarik dengan kejadian-kejadian masa lalu. Lebih menyenangi dongeng-dongeng dan mitologi. Saking cintanya terhadap hal-hal yang berbau masa lalu, menyebabkan seseorang memiliki cita-cita yang tidak realistis.

Al-Nafs al-Muthmainnah. Jiwa Mutmainah. Inilah jiwa yang tenang. Jiwa yang keberadaannya di alam mental. Alam transisi antara dunia astral dan spiritual. Jiwa ini sudah bebas dari ikatan ruang dan waktu. Jiwa ini bisa berkelana ke masa lalu maupun ke masa depan. Jika jiwa ini menembus masa depan, maka orangnya bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, lebih banyak masa depan yang terkait dengan dirinya, bukan masa depannya orang lain.

Dalam kajian teori barat jiwa Mutmainah berada dalam keadaan super sadar. "Superconscious mind state." Pikiran yang telah melampaui objek-objek material. Emosi positif, seperti cinta dan rindu kepada Tuhan berada di wilayah jiwa ini.

Jiwa Mutmainah ada di lapisan terdalam batin manusia. Jiwa ini merupakan lokus, tempat, bagi beroperasinya "Ruh" atau spirit. Dalam keadaan super sadar inilah seseorang dapat memberdayakan kekuatan ruh, spirit yang ada di dalam dirinya.

Agar manusia tidak buta spiritual, maka ia harus meningkatkan dirinya sampai pada jiwa Mutmainah.

Jiwa Mutmainah dapat diaktifkan untuk berimajinasi. Imajinasi bukan khayalan. Imajinasi adalah kemampuan untuk membentuk konsep yang belum nyata di alam ini. Sedangkan khayalan hanyalah impian dalam kondisi jaga. "Daydreaming".
Jadi, imajinasi bersifat kreatif dan produktif, sedangkan khayalan hanya bayangan yang memboroskan energi dan waktu. Nah, bangsa-bangsa di barat telah mengeksplorasi kemampuan jiwa ini.
Sehingga mereka mampu berkarya.

Selanjutnya jiwa Spiritual. Atau disebut juga jiwa Ruhiyah. Kesadaran spiritual kita harus bangkit. Tidak hanya berhenti pada kesadaran yang melekat pada jiwa Mutmainah saja. Tapi meningkatkan diri pada kesadaran spiritual. Yang tempatnya pada alam malakut. Alam ini tidak bersifat sendiri-sendiri. Ia bagaikan cahaya yang kontinum. Seseorang yang mampu meningkatkan kesadarannya di tingkat ini, akan bisa merasakan kebenaran yang sama. Tidak bersifat subjektif. Perbedaan keyakinan dan agama tidak mempengaruhinya. Jiwa ini terikat oleh kebenaran yang sama dengan jiwa-jiwa spiritual orang-orang lainnya.

Jika jiwa seseorang telah sampai pada alam spiritual, maka batiniahnya akan berkembang. Perkembangan yang melampaui pikiran. Ada suatu kebahagiaan spiritual yang tidak dirasakan oleh jasmani.

Jiwa Kosmik, atau jiwa Lubbiyah. Inilah jiwa yang keenam dalam diri kita. Di jiwa ini antara kesadaran pikiran dan dzat sudah menyatu. Kehalusan budi dan kehalusan bahasa bersemi di jiwa ini. Penghayatan terhadap hakikat ada pada alam Lubbiyyah.

Pada jiwa Lubbiyyah pikiran semakin ditinggalkan. Intuisi yang masuk. Sehingga seseorang yang sudah mampu membangkitkan kesadaran Lubbiyyahnya, tidak terlalu mengandalkan panca indra.

Orang yang berzikir atau melakukan meditasi, dan mampu menembus jiwa Lubbiyyah akan merasa fana. Ia merasa tidak memiliki badan. Merasa hilang. Pikiran tdk berlaku, karena itu tidak ada ilusi dan halusinasi. Yang hadir hanya intuisi. Atau wahyu. Orang Jawa bilang wisik.

Intuisi itu hadir tanpa suara dan tanpa bentuk. Karena di alam fana bentuk sudah lenyap. Intuisi merupakan wujud dari kodrat hidup. Seseorang yang mengalami intuisi bisa melakukan dengan benar tanpa belajar atau berlatih. Intuisi merupakan pengetahuan langsung, tanpa bukti dan tanpa nalar.

Bila di dalam zikir atau meditasi, kita masih melihat bentuk atau mendengar suara, maka kita masih di alam ilusi dan halusinasi. Pikiran masih bekerja. Jika pikiran masih bekerja, maka apa yang kita sebut sesuatu sebagai Tuhan sebenarnya hasil budi, angan-angan kita sendiri. Bukan karena kita menyaksikan-Nya.

Kemudian yang terakhir jiwa ketujuh. Jiwa Rahsa. Atau jiwa Nirwana. Orang menyebut alam langit yang ketujuh sebagai alam wahyu. Alam baka. Alam kekosongan. Alam ketiadaan. "Sunyaruri". Tetapi bukan tidak ada alam. Karena pada tingkatan ini seseorang telah melihat hakikat alam. Dikatakan tdk ada, karena yang maujud ini semuanya sebenarnya maya, tidak ada bentuknya.

Di dalam sebuah hadis Qudsi dikatakan di dalam "sirr" ada "Aku". Dalam ajaran Jawa dikatakan bahwa "sajroning rasa iku Ingsun", di dalam rasa ada Aku, Dzat yang meliputi semua keadaan.

"Kucipta malaikat di dalam tubuh setiap anak keturunan Adam. Di dalam malaikat itu ada shadr. Di dalam shadr itu ada qalb. Di dalam qalb itu ada fu`aad. Di dalam fu`aad itu ada syagf. Di dalam syagf itu ada lubb. Di dalam lubb itu ada sirr. Dan di dalam sirr itu ada Aku.”

Bila kita telah menyadari dan menghayati bahwa hakikat "Aku" itu satu, maka kita telah sampai ke alam makrifatullah.

Di alam inilah kita melihat diri kita sendiri, "Ingsun Sejati". Bukan melihat wujud diri yang jasmani. Tetapi wujud diri ruhani.

Seseorang yang telah sampai pada penyaksian diri sejati, semua ego disingkirkan, dilepas semua. Maka syariat, tarekat, hakikat dan makrifat hanya merupakan jalan.

Salam bahagia.

Selasa, 08 Oktober 2019

Mencegah Sakit

CARI TAU PENYAKIT ANDA DAN OBATI DENGAN CARA INI OLEH DIRI ANDA SENDIRI

1. #Maag
Bukan hanya diakibatkan karena kesalahan pola makan yg tidak teratur, Akan tetapi justru lebih didominasi karena "stress" coba untuk lebih Fress dan memerdekan Diri.

2. #Hypertensi
Bukan hanya diakibatkan oleh terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang asin, Daging tapi lebih dominan karena kesalahan dalam memanage "emosi" Jadi Coba dengan cara mengatur Emosi Dan Rasa.

3. #Kolesterol
Bukan hanya diakibatkan oleh makanan berlemak, tapi rasa "malas berlebih" yang lebih dominan menimbulkan lemak, Jadi coba perbanyak Gerak Dan Tingkatkan semangat hingga Seluruh organ dapat bergerak.

4. #Asthma
Bukan hanya karena terganggunya suplai oksigen ke paru-paru, akan tetapi Dikarenakan sering merasa "sedih" yang membuat kerja paru-paru tidak stabil, Jadi Coba Terus Membuat suasana Hati riang dan Refresing

5. #Diabetes
Bukan hanya karena terlalu banyak konsumsi glucousa, yang manis manis, tapi Bisa saja sikap "egois dan keras kepala" yang mengganggu fungsi pankreas, Coba Ikhlas Dan Rela Dalam segala Hal.

6. Penyakit #liver
Bukan hanya karena kesalahan pola tidur, tapi sifat "ngrasani" orang lain yang justru merusak hati kita, Coba Untuk Membuat hati kita tenang Dan Damai.

7. #Jantung koroner
Bukan hanya diakibatkan oleh sumbatan pada aliran darah ke jantung, tapi kita jarang sedekah atau memberi yg membuat jantung kita kurang merasakan ketenangan, sehingga detaknya tidak stabil

Presentase Indikator penyebab munculnya penyakit adalah karena masalah :
#Spiritual 50%
#Psikis. 25%
#Sosial. 15%
#Fisik. 10%

Jadi kalau kita ingin selalu sehat, perbaiki :
#Diri kita
#Pikiran kita
terutama hati kita dari segala jenis penyakit.

Hati-hati
#Hindari :
Dari Rasa iri, dengki, pendendam, fitnah, benci, amarah terpendam, sombong, pelit, egois, keras kepala, sedih, malas, dan lainnya, karena itu sumber penyakit.

#SARAN Perbanyaklah Doa dan jadilah orang yang mudah memaafkan, Lembutkan hati dan ikhlaskan yang sudah terjadi, Banyak Banyak bersyukur dan nikmati kebahagiaan sekecil apapun Jalin persaudaraan yang mengajak dan selalu mengingatkan dalam kebaikan Serap ilmu dari arah mana saja Dari kawan maupun lawan.

SILAKAN DICOBA DAN RASAKAN PERUBAHANNYA, BELAJAR MENGOBATI DIRI SENDIRI

-----SEMOGA BERMANFAAT-----

Rabu, 18 September 2019

Mazhab hidup

Bismillahirrahmanirrahim....

Rasulullah Sallallahu Alaihi wasalam  bersabda :

Akan datang pada suatu masa nanti dimana kaum itu apabila la melakukan perbuatan maksiat maka ia sandarkan bahwa ini adalah perbuatan Allah ta'ala jua.

H.R . Abu Hurairah , Imam Muslim
............................................................................
Maksud dari Sabda Baginda Nabi Muhammad SAW , itu ialah , menunjukan pada suatu kaum - kaum yang akan mengikuti beberapa pemahaman.

Karna baginda Nabi pernah menyampaikan bahwa Islam akan terbagi menjadi 73 golongan , dan hanya satu golongan yang aku akui sebagai umat , yaitu pengikut ku Ahlusunah wal jama'ah.
.
Adapun yang di maksud golongan  (kaum ) nantinya akan terbagi bebera golongan , yang mana di situ berbeda faham dalam penafsiran akan suatu kalimah kalimah serta makna - makna yang telah terlulis dalam Kitab Suci Al Qur'an.
.
Adapun faham ini terbagi dalam 4 bagian (kaum )

1 - Jabariyah
2 - Muhtazillah
3 - Qadariyah
4 - Ahlul khasaf ( Ahlusunah wal Jama'ah )

1 - Jabariyah , semata- mata Allah ta'ala , namun berbicara mengakui dengan ucapan pernyataan diri sendiri. (Kufur zindik ) penypangan dalam aqidah.

2 - Muhtazillah , semata -mata Hamba / pengakuan kuasa atas diri sendiri mampu melakukan sesuatu

3 - Qadariyah ,  dia menganggap , Syariatnya hamba dan hakikat nya Allah Syirik khafi (memisahkan diri ) atau masih terbagi dua

4 - Ahlul Khasyaf ,  tembus pandang zahir dan bathin nya tiada lain adalah Allah , namun dalam pernyataan nya itu dalam diam (rahasia )

.
Perbedaan Zabariyah dan Ahlul Khasyaf sangat tipis , kalau zabariah semata- mata Allah namun di nyatakan dalam ucapan atau ungkapan , sedang Ahlul Khasyaf segala sesuatu apapun , baik gerak dan diam adalah Allah namun ( hukum nya diam ) tidak di nyakan pada suatu ungkapan
.
(1) zabariyah , kaum ini menyatakan segala sesuatu adalah perbuatan Allah ta'ala baik dan buruk adalah perbuatan nya , hingga kaum ini dalam perbuatan maksiatpun mereka menyandarkan kepada Allah

Bahkan perbuatan yang keji  sekalipun seperti ;  mencuri , merampok , memperkosa , membunuh dan lain sebagainya yang bersifat tercela itu adalah perbuatan Allah jua.

Mereka seakan tiada merasa bersalah dalam hal itu , bahkan mereka mengatakan ini kehendak Allah dan takdir dari Allah , inilah suatu kelalaian dalam suatu tafsir , hingga mereka menganggap perbuatan itu adalah kehenadak Allah dan seakan mereka menyatakan diri sebagai Allah

Disinilah kekeliruan nya , segala hal itu memang hanyalah kuasa dan kebesaran Allah ta'ala , namun ingatlah kata baginda Nabi Muhammad SAW , siapapun yang mengikuti sunah ku berarti ia adalah umat ku.

Dan Allah ta'ala berfirman , telah Aku utus seorang yang akan menyempurnakan Akhalaq , agar kalian tidak terterumus dalam suatu kesusahan dan penderitaan , hingga sampai pada Ridho Ku.

Sesungguhnya tidaklah mungkin Allah meridhoi pada setiap mahluk ciptaan Nya , yang telah bersahaja mengambil haq dan kedudukan Nya ,  dan ingatlah bahwasanya telah Allah gambarkan semua dengan dua pilihan

Baik dan buruk
Susah dan senang
Pahit dan manis
Tinggi dan rendah
Panas dan dingin
Akal dan Nafsu
Dan lain sebagainya

Maka dari itu hendaklah kita menggunakan apa yang telah dikaruniakan Allah ta'ala , yaitu akal fikir dan hati nurani , yang akan di jadikan sebagai filter untuk memilah suatu tindakan yang akan menjadi perbuatan , agar apa yang diperbuat tidak menyakiti diri sendiri

Rasulullah SAW bersabda : sesungguh nya Allah tidak pernah menganiaya hambanya walau sebesar biji zarah , akan tetapi hamba itulah yang menyiksa dirinya sendiri

(2)- Muhtazillah ,sedang faham ini mereka menyatakan bahwa setiap dalam ibadah itu adalah perbuatan dan kuasa hamba , hingga mereka merasa yang mengangkat takbiratul ihram itu adalah kuasa hamba , hingga mereka melupakan Qudrat dan Iradah Allah ta'ala

Bahkan mereka berani berucap atau berkata-kata dalam pengakuan dirinya sendiri

contoh ;  jika bukan karena saya si A dan B ini tidak akan bisa makan

Atau saya tadi malam telah bisa menyelesaikan sholat sunah di tengah malam sebanyak 12 rakaat

Atau mereka bahkan berkata , tempat ibadah itu tidak akan bisa terbangun kalau bukan sumbangan dari saya

Dalam hal inilah terlrpasnya tali tali Allah pada hakikat mereka , perbuatan atau jalan ini juga di khawatirkan menuju pada syirik khafi.
.
Syirik khafi ialah syirik yang tiada di rasa bahkan tiada disengaja . (Syirik yang halus )

Bahkan tiada mustahil akan melangkah pada syirik zali , yaitu syirik yang nampak (besar ) seperti menyembah berhala

Rasulullah SAW bersabda :

Barang siapa yang menceraikan dan menyekutukan maka ia telah syirik khafi
.
Seakan akan Tuhan itu jauh dari nya , dan seakan kekuatan itu milik nya sendiri dan ia menganggap tidak ada campur tangan tuhan dalam setiap gerak dan diam nya

Inilah yang di sebut terputusnya ikatan itu pada tali tali Allah , karna ia tiada mengingat bahwasanya segala sesuatu itu tiada lain adalah Qudrat dan Iradah Allah ta'ala
.
(3) Qadariyah  , mereka memahami dan menyatakan bahwa ,  Syariatnya  Hamba dan Hakikat nya Allah.

Hal ini hampir sama dengan faham Muhtazillah , namun ada sedikit lebih baik , karna mereka masih menganggap segala kejadian itu bukanlah suatu kebetulan , melainkan ada rahasia Allah dalam setiap kejadian itu , atau apa yang meraka lakukan hanyalah pekerjaan hamba , namun Allah lah yang menentukan dan mereka bersyariat dalam hakikat kuasa dan kebersan Allah lah yang membuat meraka mampu melakukan nya

Dalam arti , dalam sholat mereka  syariat nya hamba , hakikatnya Allah.

Hal ini masih di khwatirkan masih ada syirik yang kecil.

Rasulullah SAW bersabda ; walaupun sekecil debu apabila ada syirik maka tetaplah di sebut Syririk

Sekecil apapun syirik itu akan membawa kamu pada kebatilan ( kesia - sia'an )
.
Dan Rasulullah SAW bersabda :

Ujuduka Zambun La Qiaasalahu Liqoirih .
Sesungguh nya ujudan itu dosa besar.
............
Tiada sampai semua amal ibadah mu walaupun setinggi langit apabila walaupun sedikit ada rasa ujud dirimu sendiri

La Maujuda Bihaqqin Illallah , tiada yang berhaq  maujud di alam semeta ini kecuali Allah
.
Makna Ujud dalam hal ini tiada lain adalah zat dan sifat nya , atau ilmu dan rahasianya (kelakuannya )

Jadi tidaklah mungkin kita dapat menyatakan bahwa ada hakikat hamba pada diri kita ini , apabila ada maka sama hal nya masih ada rasa kedombongn yang halus.

Sehalus apapun kesombongan itu Allah maha mengetahui nya

.
(4) Ahlul khasyaf , ( Ahlusunah wal Jama'ah )

Apa yang di maksud Ahlusunah Wal Jama'ah

Ahli -  Allah
Sunah - Muhammad
Jama'ah - Manusia
.
Apabila hanya semata Allah berarti masih mengikuti faham Jabariah

Jama'ah (manusia ) semata - mata Hamba
.
Maka ambilah yang tengah - tengah yaitu pada Sunah ,  Muhammad
.
Muhammad adalah bapak sekalian Ruh , Jadi pada hakikatnya  yaitu Ruh pada kita
Ruh itulah yang menjadikan Nyawa dan hidup

.
Hingga berpungsi seluruh anggota  tubuh itu , dari itulah disebut ;
wal awalu wa Akhiru , wal Zahiru wa Bathinu
( setelah faham nyatakan dalam diam )

Ini pula yang disebut Hakikat Muhammad (Nur Muhammad )
.
Sama hal nya dengan mata ini buta , karna ada cahaya hingga bisa melihat

Telinga ini tuli karna ada cahaya hingga bisa mendengar

Mulut ini bisu karna ada cahaya hingga bisa berkata-kata

Jasad ini laksana mayit karna ada cahaya hingga bisa hidup

Jika cahaya itu keluar maka tidaklah lagi kita dapat berbuat apa apa.

Innalillahi wa inna illahi rajiun....

Cahaya kembali pada cahaya

Nurun ala Nurin
Cahaya di atas cahaya ,
Sebenarnya cahaya yang ada pada kita ini hanyalah sebagian kecil dari cahaya yang besar itu , dari itulah di sebut maha besar. Karna cahaya yang besar itulah yang maha menguasai (mengatur ) semua cahaya yang kecil tadi.

.
Tidak mungkin bisa melihat jika tidak ada ruh
Tdk mungkin bisa mendengar jika tidak ada ruh
Tdk mungkin bisa hidup jika tidak ada ruh

Jika tidak karena Allah tidaklah dapat kita berbuat apa apa
( dalam diam hanya memandang fi'il kelakuannya pada kita )
.
Ruh itu yang hidup , yang hidup itu sifat Allah ta'ala.
Bukan jasmani ini yang kuat dan yang kuasa dalam setiap suatu pekerjaan , termasuk ibadah.

Bahkan dalam sholat itupun adalah pekerjaan ruh , dan ruh itu yang di sebut sebenar - benarnya diri
.
Ruh
Nyawa
Nafas
Hidup
.
Menjadilah Laissa , karna ruh itu tidak berbentuk dan tidak bisa di bandingkan atau tiada sesamaan nya.
..................................................................................
Allah itu adalah zat yang tiada sesamaan nya dari suatu apapun

Q.S . Al Ikhas
....................................................................................

Mohon ampun dan maaf , minta ridha dan halal hanya sampai disini batasan yang boleh kami sampaikan..
.
Semoga berkah....

Senin, 16 September 2019

Hakikat shalawat

BANYAK ORANG yg hanya PANDAI MENGAKU2 HAKIKAT & MA’ RIFAT...!!!

Sungguh,
Apabila engkau tinggal di satu VILLA yg TENANG, TENTRAM, DAMAI Lagi SEPI...
Namun BANYAK KENIKMATAN didalam nya..

PANTAI TERHAMPAR LUAS
ketika membuka pintu kamar tidur..
Karena LETAK NYA sangat STRATEGIS di HADAPAN LAUT...
sedangkan kanan kiri DINDING TINGGI tanda PRIVASI Tidak ada seorangpun yg menganggu...

sedangkan,
Didalam nya KENYAMANAN tidak usah di RAGUKAN lagi...??

KOLAM RENANG...
Air panas air dingin...
berbagai macam buah2an...
MACAM2 minuman...
AC, KULKAS,TV BESAR dan semacam nya
Melengkapi yg sudah KOMPLET...

sungguh,
KETENANGAN yg tiada tara...

Dan,
Sungguh Sangat MUSTAHIL...
engkau justru SIBUK BERCERITA dan SHARE kemana2 agar orang lain TAHU KEBERADAAN engkau ......

Dan,
pada akhir nya BANYAK orang datang mengHAMPIRI engkau Dan membuat SUASANA Yg SUPER NYAMAN dan TENANG menjadi RIUH TAK KARUAN...

MENGAPA ENGKAU ENGKAU BERBUAT DEMIKIAN...??

Kemungkinan pertama,
Engkau tidak BENAR2 MENGHARAPKAN KETENANGAN yg HAKIKI...

kemungkinan ke 2,
TEMPAT itu bukan MILIK engkau,
Dan engkau Hanyalah BERTAMU tapi BERGAYA seolah2 engkau MENGINAP disana...

kemungkinan ke 3,
Engkau hanya BERNIAT SOMBONG dg apa2 yg TIDAK ENGKAU MILIKI...

DIKISAHKAN,
Ada TABRAKAN HEBAT di JALAN RAYA...
Sehingga BANYAK ORANG yg MENGERUBUNGI sampai tak terlihat KORBAN yg TERKAPAR...

maka,
tatkala seorang WARTAWAN yg ingin MENGAMBIL BERITA tapi tak bisa MENGAMBIL GAMBAR....
TIMBULAH IDE CEMERLANG untuk MENIPU orang2 yg BERKERUMUNAN BANYAK...

dg,
TERIAKAN KERAS dan LANTANG ia BERTERIAK “ MINGGIIIIRRRR MINGGIRRR...
BERI SAYA JALAN...!!!

orang2 pun TIDAK ada yg MENGUBRIS teriakan nya...

IDE ke 2 pun langsung HINGGAP di PIKIRAN nya untuk MENIPU orang2 RAMAI...

WAHAI ORANG2,
MOHON BERI SAYA JALAN, KORBAN ini adalah KELUARGA SAYA...!!

orang2 pun TERHERAN2....???

lalu,
salah satu dari mereka bertanya BAPAK INI SEBENARNYA SIAPA NYA KORBAN KOK MEMAKSA SEKALI...??

karena TERPAKSA,
Akhirnya ia pun MENGAKU AYAH NYA KORBAN...!!

maka,
Langsung semua MEMBERI JALAN....

sungguh,
ALANGKAH terkejut nya ia ternyata yg di TABRAK adalah ANAK MONYET...😁🙈

Begitu lah,
Orang yg PANDAI MENGAKU2....
dan PANDAI BERDUSTA...!!

tak beda di ZAMAN ini,
AGAMA pun di PERJUAL BELIKAN untuk MEMUASKAN HAWA NAFSU NYA sendiri...

MENGAKU TAREKAT...
MENGAKU HAKIKAT...
MENGAKU MA’RIFAT...
padahal SYARIAT saja masih ACAK KADUL alias TIDAK JELAS kemana ARAH nya..??!!

Yg lebih mengKHAWATIRKAN lagi,
Justru malah SERING MENGAKU
MENGENAL ALLAH....
NAUDZUBILLAH...

namun,
TINGKAH LAKU, KEPRIBADIAN, AKHLAK dan  PERBUATAN nya sangat JAUH dari Apa2 yg di PERINTAHKAN ALLAH dan RASUL NYA...
NAUDZUBILLAH...

mana mungkin,
ada INTELEGENT RAHASIA mengaku dg semua orang Klo SAYA adalah INTELEGENT, atau INTEL atau BIN atau AGEN RAHASIA...

KOMENTAR di MEDIA SOSIAL,
tentang MA’RIFATULLAH.....

yg,
Semestinya harus ia RAHASIA KAN,
yg cukup ia KETAHUI hanya ia dan TUHAN NYA Sahaja,

namun,
JUSTRU sangat di SAYANGKAN malah ia UMBAR KEBERSAMAAN NYA itu kemana2...

Sungguh hari ini,
Kita MELIHAT....
Kita MENDENGAR....
Kita MENYAKSIKAN...
KEPALSUAN demi KEPALSUAN ...!!
BAIK di MEDIA SOSIAL atau di MASYARAKAT ...!!

CUKUPPPPP SUDAHHHH...
Hentikan jangan di TAMBAH2 lagi...

Mohon AMPUN LAH kepada ALLAH...
dan MERENDAH lah di HADAPAN MANUSIA dan TUHAN ENGKAU....

Barang siapa yg TAWADHU’ atau MERENDAHKAN DIRI maka ALLAH akan MENGANGKAT DERAJAT engkau...

sebaliknya,
Apabila engkau SOMBONG dg APA2 yg ada pada diri ENGKAU....??!
Apalah lagi yg TIDAK ADA pada diri ENGKAU...

Maka,
SUNGGUH ALLAH akan MURKA se MURKA2 NYA karena ENGKAU telah MENJUAL JUAL NAMA ALLAH untuk KEPENTINGAN HAWA NAFSU MU sendiri ...!!
NAUDZUBILLAH...

Ingat lah,
Ketika ABU YAZID AL BUSTOMI di tanya tentang kedekatan nya bersama RASULULLAH ...???

BELIAU MENJAWAB :
“ AKU adalah LAKSANA DEBU yg MENEMPEL DI KAKI SAYYIDINA MUHAMMAD “

Klo lah,
BELIAU MERASA HINA di HADAPAN NABI NYA apalah lagi di HADAPAN TUHAN NYA...??

Klo lah,
Seorang yg Se MULIA AL IMAM AL BUSTOMI MERENDAH dg PERKATAAN yg HINA DINA...

SIAPAKAH DIRI ENGKAU SEBENAR NYA...???

PANTAS KAH dan PATUTKAH,
Engkau berkata MELEBIHI Dari PERKATAAN orang yg DERAJAT NYA Telah di TINGGIKAN oleh ALLAH Dan RASUL NYA...???

NASEHAT KAMI hanya lah satu,

Apabila BENAR,
KEDEKATAN engkau bersama ALLAH dan RASUL NYA atau bersama KEKASIH2 ALLAH yaitu WALI2 ALLAH cukup hanya 1 PERBUATAN yg MULIA yaitu “ DIAM “

kami,
HALALKAN untuk di SHARE dan di BAGIKAN...
agar menjadi ILMU yg BERMANFAAT dan menjadi ASBAB mendatangkan HIDAYAH dan RAHMAT ALLAH bagi seluruh UMAT..

maaf,
Jangan tambah KATA2 IZIN SHARE dan kami tidak menjawab PERTANYAAN apalah lagi MENAMBAH KOMENTAR...
Klo TIDAK SUKA cukup SENYUM dan TINGGALKAN insya ALLAH PAHALA juga...
“ karena SENYUMMU di HADAPAN saudaramu adalah SEDEKAH bagimu “

Klo SUKA cukup SHOLAWAT :
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
ALLAHUMMA sholli ‘ala SAYYIDINA MUHAMMAD wa ‘ala AALIHI wa SHOHBIHI wassallim
❤️💙❤️💙❤️💙❤️💙❤️💙

PARA PECINTA SHOLAWAT :
“ TIDAK AKAN MATI dalam KEADAAN SU’UL KHOTIMAH , sebab TIDAK akan ia MAMPU menyebut NAMA SAYYIDINA MUHAMMAD kecuali atas IZIN ALLAH “

semoga bermanfaat,
“ HABIB TAHER AL HABSYI BALI “

Minggu, 15 September 2019

Ikhsan

ICHSAN

Kehidupan sehari hari kita boleh dikatakan mengandung unsur atau nilai estetik. Memilih pakaian, tata cara bergaul, berbicara atau mengungkapkan sesuatu melalui gambar, tulisan, dll. Segala aktivitas mengandung nilai nilai keindahan. Jadi sebetulnya kita semua sdh akrab dengan seni, dan itu natural, upaya kitalah yg membuatnya jadi kultural. Semoga.

Saya cerita ya; Seni itu memang penghias kehidupan manusia sehari hari yg didapat dari upaya merealisasikan dorongan humanistik untuk mengejar perasaan keindahan, dan karena itu dapat meningkatkan rasa senang dalam segala tahapan kehidupan manusia. Seni bisa menjadi penghias eksistensi manusia. Apapun yg kita kerjakan dengan seni itu bukan hanya menyenangkan tetapi juga menyehatkan jiwa. "Ada seninya" kata orang.

Namun begitu, walaupun semua aktivitas itu mengandung nilai estetika, belum tentu lho menimbulkan "surprise" atau kekaguman sanubari. Makanya tadi saya katakan "kita perlu upaya untuk menjadikannya kultural". Banyak tulisan yg baik muatan dan benar pesannya, tetapi barangkali kurang pesona.
Karena tulisan yg baik memang bukan hanya menyangkut gagasan dan pesan, sebab semua tulisan pasti digagas dan menyampaikan pesan tertentu.
Masalahnya terletak pada kemampuan estetik, yg kemampuan penyajianya mencakup bentuk dan keahlian tertentu yg akan melahirkan gaya gaya tertentu dalam bentuk yg indah. Juga menyangkut konsep arti yg mencakup pesan dan kaitan lambang lambang sebagai ekspresi keindahannya. Jadi selain ada konsep "arti", ada konsep "keindahan".

Alangkah baiknya jika penyajian itu merupakan daya kreasi kultural yg otentik ketimbang natural dan organik.
Kita bisa memperhatikan gaya bahasa dalam aforisme Imam Ali logikanya mengandung aspek puitis, dan puisi puisinya mengandung aspek logika. Tidak banyak orang mengikuti jejak bahasa beliau. Begitu juga cara bahasa Einstein, atau Cak Nur dan Goenawan Muhamad di Indonesia ini.

Tapi tetap besar hati ya, Bagaimanapun ungkapan hari hari dan ungkapan ilmiah juga ada indahnya, meskipun berhenti di tataran akal budi dan belum menggetarkan sanubari. Akan tetapi saya tidak sabar untuk segera mengatakan kepada kita dan untuk kemajuan bersama bahwa semakin indah sesuatu akan nampak semakin benar, dimana keindahan hakiki ada di dalam pengertian pengertian. Ini namanya Ichsan dalam bahasa agama.

Sahabatku,
Tempat terbaik adalah disini, dimana kita berada dan mengerti. Waktu terbaik adalah saat ini dimana kita hadir dan mengerti. "Keindahan" dan "arti" seperti dua mata dalam satu jiwa. Kita sudah punya modal keduanya, tinggal kemauan kita memahaminya.

Jika Imam Ali mengatakan bahwa "Jiwa manusia itu sering lelah, maka berikanlah kepadanya ucapan ucapan indah untuk menyegarkannya", maka perlunya keindahan tidak perlu dijelaskan lagi. 😊😍

Ichsan.

Sabtu, 14 September 2019

Rasa Sakit

SAKIT DAN KESEMBUHAN

Kemungkinan dari sakit hanya ada dua, kalau tidak sembuh kamu mati. Keduanya sama sama alami, hanya soal pilihan.
Banyak orang yg sembuh dan masih sakit secara fisik atau bahkan meninggal. Jadi kesembuhanpun tidak lepas kaitannya dengan kematian.
Dan banyak orang yg pulih secara fisik tapi tidak sungguh sungguh sembuh. Kalimat terakhir ini untuk kita mengerti bahwa "kesembuhan" adalah jalan tertinggi.
Apa yg diperlukan untuk "penyembuhan"? Penyembuhan membutuhkan penjernihan jalan menuju hati yg terbuka, yaitu hati yg mengenali satu satunya keterhubungan dengan Tuhan.

"Manfaat dari obat" kata Rumi, "adalah kesembuhan". Boleh jadi sarana sarana obat apapun tidak memulihkan sakit fisik, tetapi justru sakit itu menyembuhkan rohani seseorang yg melaluinya terbangun keterhubungan instens dengan Tuhannya. Maka dalam hal ini "sakit" adalah sebuah "penyembuhan" itu sendiri.

Manusia tidak hanya badannya. Karena itu pada sebatang pohon kering bisa tumbuh sekuntum bunga. Ya bunga mekar tanpa peduli apa yg terjadi pada tubuh kita.

Kawan,
Rasa sakit itu yg "memecah" rahim sehingga janin itu keluar. Rasa sakit itu jugalah yg memecah tembok yg mengurung pemahaman kita.
Kepandaian kita hanya muncul sampai kita merasakan sakit dalam ketekunan belajar.
Rasa sakit adalah prasyarat lahirnya sesuatu yg lebih tinggi.

Itulah sakit yg menghapus dosa, itulah sakit yg mendekatkan pada Tuhanmu.
Itulah salah satu hikmahnya.

Akal

AKAL

Akal manusia adalah alat keberpihakan, agar manusia dapat memihak hanya kepada yg benar.  Karena itu mereka yg tidak berpihak tanda yg tidak menggunakan akalnya. Dan yg berpihak pada kezaliman tanda sudah rusak akalnya.

Orang yg tidak netral tanda akalnya berfungsi dengan baik.  Tetapi juga tidak cari untung ketika mengajakmu kembali benar menata hati dan pikkranmu. Saya justru menginginkan kamu dapat meraih keberuntungan, bukan keuntungan. Kenapa?
Karena untung rugi adalah dua dari delapan emosi yg mengombang ambingkan situasi dan hal keruhanian orang. Memikirkan hal itu tidak menentramkan pikiran.

Senin, 09 September 2019

Cinta Rumi

Belajar Makrifat dari Jalaluddin Rumi Dengan Jalan Cinta Ilahi

Ungkapan “Aku adalah Tuhan” bukanlah
Timbul dari sifat meninggikan diri.
Melainkan suatu kerendahan hati yang total.
Seseorang yang berkata “Aku adalah hamba Tuhan” menyebutkan dua keberadaan, dirinya dan Tuhan.
Sedangkan ungkapan “Aku adalah Tuhan” berarti peniadaan diri, yakni dia menyerahkan dirinya sebagai kekosongan.

(Jalaluddin Rumi)

Belajar Makrifat dari Jalaluddin Rumi Dengan Jalan Cinta Ilahi
Jalaluddin Rumi adalah tokoh sufi terbesar dan penyair kelahiran Konya yang terkenal senagai sufi yang memperkenalkan jalan cinta (Mistikus Cinta). Berbagai karyanya seperti Matsnawi, Fihi ma Fihi, Maktubat, dan beberapa karya lainnya seperti Diwan-I Syams-I Tabrizi yang berisi syair-syair cinta religius yang merepresentasikan pengalaman spiritual tertentu seperti persatuan dengan Tuhan atau perpisahan dengan-Nya.

Rumi sebagaimana para tokoh sufi lainnya adalah manusia-manusia bebas. Mereka adalah the greatest adventure, para petualang sejati. Dalam menyikapi dan mengarungi samudera kehidupan ini mereka ibaratnya tidak hanya berenang dipinggir-pinggir pantai atau berenang di kolam renang, tetapi terjin langsung ke tengah samudera kehidupan. Jadi mereka menyelami kehidupan sampai ke tingkat yang paling dalam, sehingga mampu mengungkapkan sisi-sisi hakikat kehidupan yang sejati yang bagi kaum awam masih merupakan sebuah misteri besar.

Jalaluddin Rumi menegaskan bahwa adalah sangat tidak gampang untuk menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek hakikat kehidupan kepada khalayak ramai/kaum awam, karena tingkat pengetahuan mereka masih belum memadai.

Sebagai ilustrasi betapa tidak gampangnya memahami dunia hakikat atau hakikatnya kehidupan, Rumi mengambil missal mengenai ajaran agama. Menurut Rumi, ajaran agama yang sejati berbeda dengan yang diduga orang. “Di dunia ini,” ujarnya, “tidak ada padanan (persamaan) dari hal-hal yang disebut ‘Arsy (Allah), kitab, malaikat, hari hisab. Demikian pula, misteri-misteri Cinta Ilahi tak mungkin dapat diungkapkan secara terbuka kepada manusia. Diperlukan symbol, kiasan atau kisah-kisah, namun harap diingat, perumpamaan atau symbol-simbol itu hanyalah merupakan suatu gagasan kasar tentang sesuatu yang lain” (Idris Shah, 2000: 158).

Sebagai contoh, surga dan neraka adalah suatu bentuk kearifan ilahi yang dimaksudkan untuk memandu manusia ke jalan lurus. Tetapi apakah sebenarnya surga dan neraka itu? Dalam kitab suci dilukiskan bahwa surga adalah suatu tempat yang penuh kenikmatan untuk bersenang-senang bersama wanita-wanita cantik dan anggur. Dan semua kenikmatan itu diperuntukkan bagi mereka yang taat kepada ilahi. Sedangkan neraka adalah tempat siksaan maha dahsyat bagi mereka yang ingkar kepada Tuhan. Gambaran ini adalah sebuah simbol kasar dari sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu seperti apa wujudnya, kita semua yang masih hidup ini sesungguhnya tidak pernah tahu.

Bentuk-bentuk kearifan ilahi dalam kitab suci yang dinyatakan melalui gambaran kasar sangat diperlukan agar manusia biasa (awam) yang tingkat pengetahuan agamanya terbatas tertarik pada ajaran kebajikan (ajaran agama atau jalan yang lurus). Misalnya hadiah surga dimaksudkan sebagai rangsangan atau daya tarik agar mereka yang awam itu mau mengikuti jalan lurus yang diajarkan oleh Allah. Lain halnya dengan manusia sejati yang memiliki pengetahuan tinggi dan kearifan, mereka memiliki mata batin yang mampu menangkap makna lain dari kearifan ilahi itu. Bagi kaum sufi, surga dan neraka bukan tujuan cintanya kepada Allah. Karena itu surga dan neraka “tidak masuk hitungan”, lain dengan kaum awam yang menjadikan surga sebagai dambaan yang akan dicapai setelah kematian tiba. Adapun dambaan manusia sejati adalah fana (lebur) dalam Dzat-Nya (manunggal dengan Gusti Allah).

Dengan contoh kearifan ilahi berupa surga dan neraka ini kiranya menjadi cukup jelas bagi kita, bahwa sesungguhnya tidak mudah “menangkap” makna-makna batini setiap ajaran yang dituangkan dalam kitab suci. Oleh karena itu pikiran Rumi hendaknya tidak ditafsirkan secara dangkal, dengan serta merta memvonis bahwa pendapat Rumi adalah keliru tanpa mengetahui apa yang sebenarnya disampaikan atau diungkapkannya.

1. Dunia Makna dan Dunia Bentuk

Untuk memahami alam pikiran Rumi kita perlu mengenal adanya dunia makna dan dunia bentuk. Rumi di berbagai puisinya seringkali menerangkan bahwa apa yang Nampak dalam pandangan kita sebenarnya hanyalah selubung yang menutupi hakikat yang tersembunyi. Jadi, dunia yang Nampak di depan kita hanyalah bentuk semata, jadi itu bukan makna sesungguhnya. Karena, menurut Rumi, dunia itu merupakan selubung atau tirai dari makna-makna yang tersembunyi.

Jadi perlu dipahami adanya dikotomi antara bentuk dan makna. Bentuk adalah penampakan luar (aspek luar), sedangkan makna adalah hakikat sejati yang berada di seberang bentuk (aspek dalam). (William C. Chittick, 2001: 28).

Rumi merasa sedih bahwa manusia seringkali terlalu menganggap penting dunia bentuk, ketimbang dunia makna. Padahal yang utama itu sesungguhnya maknanya, karena makna adalah hakikat atau intisarinya.

Mengapa manusia lebih memilih dunia bentuk? Sebab kebanyakan manusia terselubung oleh kabut kegelapan berupa nafsu rendahnya. Jadi yang lebih dominan menempati pusat kesadarannya adalah nafsu rendahnya sehingga ia tak mampu menembus atau memahami makna yang tersembunyi dalam bentuk-bentuk luarnya. Rumi melalui puisinya dan atau ajarannya senantiasa mengingatkan agar manusia tidak terkelabuhi oleh segala macam bentuk. Mereka hendaknya belajar untuk memahami hakikat atau makna yang tersembunyi. Dengan demikian manusia akan mampu memahami nilai-nilai kesejatiannya dan mampu memahami makna dari kehidupan yang hakiki.

Namun Rumi pesimis mengenai hal ini, karena memang tidak mudah baginya untuk dapat menyingkapkan isyarat-isyarat-Nya atau kearifan-Nya kepada orang-orang awam. Rumi menyatakan:

“Jika Ia harus bersibuk diri dengan menjelaskan hal-hal yang pelik tersebut, seorang sufi yang telah mencapai derajat keilahian pun akan mengalami kesulitan, sebab bagaimana mungkin dapat menyingkapkan misteri-misteri yang serba gaib dan mistis kepada orang-orang yang masih awam?”

Selanjutnya Rumi berkata:

“Seseorang yang tidak dapat menyaksikan seekor unta di puncak sebuah menara, bagaimana dia kemudian dapat melihat seutas rambut di mulut sang unta?” (Mulyadhi R. Kartanegara, 1986: 95).

Maksudnya, menjelaskan benda yang sangat jelas saja sulit bagaimana mungkin menjelaskan hal-hal yang lebih rumit dan serba gaib. Oleh karena itu Rumi menyerahkan sepenuhnya kepada para pembaca atas karya-karyanya seraya berpesan:

“Hendaknya tidak memaksakan diri sekiranya belum mampu menyelami dan memahami hal-hal yang bersifat batini atau yang serba gaib.”

2. Teori Evolusi ala Rumi

Sesungguhnya jauh sebelum dunia ilmu pengetahuan digemparkan oleh Charles Darwin (1809 – 1882) dengan teori evolusinya, Jalaluddin Rumi (1207 – 1273) sudah mendahului dengan memaparkan “teori evolusi” tentang asal usul manusia.

Sementara Darwin hanya berhasil mengungkapkan proses evolusi dari satu mata rantai saja, yaitu munculnya manusia yang berdasarkan penelitian berasal dari binatang, Rumi lebih jauh lagi. Rumi berhasil mengungkapkan keseluruhan aspek kehidupan, mulai dari sejak awal kehidupan sampai akhir kehidupan umat manusia. Bacalah bait-bait puisi “teori evolusi” berikut ini:

Evolusi pertama

Pada awalnya manusia lahir dari tingkat alam benda
Kemudian ia lampaui alam itu dan masuk kea lam tumbuh-tumbuhan
Hiduplah ia selama bertahun-tahun sebagai salah satu dari tetumbuhan itu
Ia tak ingat lagi dari alam sebelumnya yang sedemikian berbeda
Dan bila ia lampaui alam tumbuhan dan masuk ke alam kehewanan
Tidaklah ia ingat lagi leadaanya sebagai tumbuh-tumbuhan
Terkecuali kecenderungan yang dirasakan sebagai bagian alam tumbuhan
Terutama di musim semi yang penuh bunga;
Seperti kecintaan anak-anak terhadap bundanya
Yang tiada tahu mengapa mereka suka pada buah dadanya
Sekali lagi Pencipta Maha Besar memindahkan
Manusia dari alam hewan kea lam insani; dan begitulah manusia melalui susunan satu alam ke alam lain
Sampai ia menjadi cerdik dan piawai dan perkasa seperti sekarang ini
Tentang ruhnya yang pertama ia kini tak ingat lagi
Dan sekali lagi ia akan dirubahnya dari ruhnya yang sekarang

Dalam teori evolusi tahap pertama dilukiskan oleh Rumi tentang perjalanan asal usul manusia yang diawali dari alam benda (tanah), sebagaimana firman-Nya bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dari tanah. Dari tanah ia tidak muncul menjadi manusia tetapi berevolusi melalui tingkatan demi tingkatan, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Nuh ayat 14: “Dia sesungguhnya menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.” Jadi, manusia lahir dari alam benda (tanah) masuk ke tahapan alam tumbuh-tumbuhan, sebagaimana firman Tuhan:

“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah.” (Surat Nuh: 17)

Selanjutnya masuk ke tahapan alam hewan, dan akhirnya muncul sebagai makhluk sempurna yang disebut manusia.

Ringkasnya, pada awalnya ruh manusia tinggal bersama (manunggal) dengan Tuhan. Kemudian atas kehendak-Nya manusia memasuki alam dunia dengan diberi jubbah yang berasal dari tanah hitam (lempung Adam). Mengenai hal ini Rumi menjelaskan dalam sebuah puisinya:

“Sebelum engkau menjadi jasad ini, engkau adalah ruh suci
Berapa lamakah engkau akan terpisah darinya?
Kau adalah ruh suci di dalam lempung Adam
Aku tidak akan mengatakan sesuatu pun – sudahkan engkau pikirkan matang-matang? Engkau tidak akan mengenali dirimu sendiri dalam jubahmu – karena kau lumuri ia dengan nafsu yang terbungkus dalam lempung Adam!”

Jelaslah, karena manusia dilumuri nafsu rendah dalam lempung Adam, maka ia tidak lagi menyadari ruhnya yang suci, bahkan tidak menyadari/mengenal dirinya sendiri. Karena itu Rumi menjelaskan bahwa tujuan diciptakan agama oleh Allah pertama-tama dimaksudkan untuk membebaskan ruh dari penjara jasad dan dari cengkeraman hawa nafsu rendahnya, lalu mengembalikan pada rumah asalnya yang sejati yaitu ke haribaan Allah. Hal ini diterangkan dalam “teori evolusi” berikutnya.

Evolusi tahap kedua

Dan kemudian tujuanku
Di balik awan-awan, di balik langit
Daerah kekal tak mengenal maut memburu
Ibarat malaikat; tak terikat waktu
Walau siang atau malam berlalu
Hidup dan mati, gaib dan nyata
Tempat semula alam semesta
Sebagai Yang Tunggal dan Yang Segalanya

Dalam perjalanan teori evolusi tahap kedua, dilukiskan perjalanan atau tujuan manusia setelah kematian tiba, dimana digambarkan keadaan alam yang kekal, yaitu tidak mengenal kematian lagi (masuk alam baka). Alam itu adalah alam asal usul seluruh umat manusia yaitu, Tuhan Yang Maha Esa.

Pernyataan Rumi yang menyebutkan bahwa “kesemuanya itu berasal dari sumber yang satu dan meliputi segalanya”, menggambarkan bahwa segenap wujud yang beraneka raga mini pada hakikatnya hanyalah satu realitas.

Bilamana “teori evolusi” ini dipadankan dengan konsep Martabat Tujuh, maka kita dapat menemukan garis kesamaan. Menurut konsep martabat tujuh, pada hakikatnya Allah, sebagai Dzat yang diselimuti misteri Maha Gaib, tak dapat dikenali oleh siapa pun. Untuk dapat dikenal maka Allah ber-tajalli sebanyak tujuh martabat. Maka diciptakanlah alam semesta dengan segala isinya. Khususnya manusia sebagai citra yang paling paripurna dari Tuhan. Jadi tajalli-nya Allah di jagat raya diawali dengan munculnya alam semesta, dimana dapat dijumpai antara lain berbagai macam tumbuhan, makhluk-makhluk hidup di laut dan di darat (dalam bentuk materi). Dalam proses selanjutnya muncullah manusia. Dari manusia biasa (awam) ini melalui proses penyempurnaan jadilah manusia sempurna (Insanul-Kamil).

3. Perbincangan Ilmiah

Bukan sebuah kebetulan, bahwa apa yang diungkapkan oleh Rumi ternyata didukung oleh ilmuwan bernama J.B. de Lamarck, seorang sarjana Perancis (1774 – 1829). Dari hasil penelitian Lamarck menyimpulkan bahwa semua makhluk hidup terus-menerus mengembangkan bentuk untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitar. Menurut pendapatnya, perubahan-perubahan kecil yang terjaadi diwariskan ke generasi berikutnya dan sesudah ribuan tahun menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan yang baru sama sekali. (Teilhard Chardin, 1971: 10).

Sementara itu Chardin sendiri menyatakan bahwa kelirulah pendapat yang mengatakan bahwa dunia ini statis (tidak mengalami perubahan secara signifikan atau tidak berevolusi). Dunia Nampak statis hanya dalam pandangan kita yang sekilas saja. Dalam kenyataannya, pandangan kita tentang kosmos hanya dapat diibaratkan sebagai suatu potongan tipis dari penampang lintang sebuah pohon, yang akarnya berada jauh di masa lampau dan cabang-cabangnya tumbuh ke ketinggian masa mendatang. Seluruh dunia di masa lampau, di masa sekarang dan di masa mendatang akan selalu merupakan suatu masa yang terus menerus berkembang (Teilhard Chardin, 1971: 26).

Untuk menjadi pembanding, ada baiknya kita lihat pandangan para ahli piker Asy’ariyyah. Menurut mereka dunia tersusun dari apa yang mereka namakan jawahir, yaitu bagian-bagian yang teramat kecilnya atau atom-atom yang tiada dapat dipecah-pecah lagi. Disebabkan kegiatan kreatif dari Tuhan yang tiada henti-hentinya, setiap saat tercipta atom-atom baru dan karena itulah alam semesta terus dalam keadaan berkembang (Muhammad Iqbal, 1978: 111). Hal ini tidak terlalu jauh berbeda dengan berbagai pandangan ilmiah sebelumnya.

Selanjutnya, seorang ilmuwan bernama Charles Darwin berhasil menemukan teri evolusi yang cukup komprehensif. Dalam teorinya, Darwin meyakinkan bahwa bentuk-bentuk kehidupan manusia berkembang berdasarkan hasil evolusi berjuta tahun yang lalu, yaitu dari binatang menuju manusia. Teori itu didukung dengan beberapa bukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba masa lampau. Yang menarik dari pandangan Darwin tersebut adalah bahwa semua keanekaragaman kehidupan (tumbuhan, binatang dan manusia) berasal dari satu sel purba (Charles Darwin, 2002: 615). Hal ini sesuai dengan yang dilukiskan Rumi dengan kata-kata puitis:

“Semuanya berawal dan berakhir dari yang Tunggal dan Yang Meliputi segalanya.”

Jadi, jika dirumuskan secara sederhana, pandangan teori evolusi tentang penciptaan dunia adalah sebagai berikut:

Materi purba diciptakan oleh Tuhan, yang kemudian berkembang atas dasar kekuatannya yang ditanam oleh Tuhan di dalamnya. Arus evolusi terus mendorong ke depan, melalui tumbuhan dan binatang tercapai tingkatan manusia. Manusia terus maju dari tingkatan rendah menuju yang lebih tinggi, yaitu menjadi manusia sempurna (insan kamil). Jadi manusia pertama berasal dari binatang yang secara tidak langsung berasal dari Tuhan.

4. Tangga-Tangga Cinta

Salah satu fokus utama gagasan Rumi yang sebagian besar diungkapkan dalam puisi-puisinya sangat menekankan pentingnya cinta. Mengapa cinta? Sebab, dengan cinta manusia bisa bersatu dengan Pecinta Agung yaitu Allah. Rumi sebagaimana kaum sufi lainnya selalu mengingatkan kepada manusia agar terus-menerus berupaya mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan cara mencinta-Nya sepenuh hati.

Inilah tingkatan-tingkatan cinta versi Jalaluddin Rumi.

Pertama, cinta atau pemujaan kepada hal-hal yang diciptakan oleh Allah, yaitu: manusia (pria-wanita, anak-anak), materi (harta benda), pangkat/kedudukan/jabatan dan sejenisnya.

Kedua, cinta kepada yang menciptakan isi dunia yaitu Allah yang ditunjukkan lewat pemujaan atau secara formal dilaksanakan dalam praktik ibadah ritual kepada Allah. Tingkat ini dalam agama disebut Syariat.

Ketiga, cinta mistis atau dalam tahapan makrifat, dimana wujudnya bersatu dengan sang Pencipta. Allah dirasakan dan dihayati sentuhannya secara personal dan spiritual. Tingkatan ini sudah mencapai derajat sempurna, yaitu derajat hakikat atau makrifat.

Berbicara tentang Rumi, dimanakah tingkatan cinta Rumi dalam jenjang cinta? Tentu saja Rumi tidak lagi dalam tingkatan cinta pertama yaitu cinta kepada bentuk-bentuk materi, namun sudah melesat dalam tingkatan tertinggi dalam cinta, yaitu dalam derajat makrifat. Dalam sebuah pernyataannya Rumi berkata:

“Semoga Allah memberkati para budak materi dan para penghamba jasmani serta para pecinta harta benda. Tetapi sedikit pun aku tidak merasa iri dan hendak ikut serta memperebutkannya bersama mereka. Adapun aku sendiri berada dalam derajat cinta makrifat. Sebuah gambaran dunia cinta yang tidak pernah musnah dan berubah, yaitu bersama Yang Maha Kekal.”

5. Manunggaling Kawula Gusti

Cinta mistis menunjukkan tiadanya pamrih pribadi kepada Tuhan. Karena itu manusia mencintai Tuhan bukan karena takut panasnya api neraka atau mengharap kenikmatan masuk surga, namun semata-mata menginginkan Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu cinta menurut versi Rumi termasuk lenyapnya kedirian, karena adanya kesatuan (manunggal) yang sempurna dengan Sang Kekasih. Tuhan adalah tujuan dan tumpuan harapan seluruh hidupnya, tiada yang lainnya.

Pada saat tercapai puncak kemabukkan cinta, maka akan terjadi perkawinan jiwa antara sang Khaliq dengan makhluknya, dimana terjadi sintesa antara pecinta dan yang dicintai yang terwujud dalam kondisi bersatu atau fana’ (lebur dalam diri Tuhan).

Untuk menggambarkan bagaimana “bersatunya” (manunggalnya) antara makhluk dengan Khalik-nya, Rumi melukiskan dengan sangat indah dalam bait-bait puisinya yang berjudul: Kau dan Aku.

“Bahagia saat kita duduk di pendapa, Kau dan aku,
Dua sosok dua tubuh namun hanya satu jiwa, Kau dan aku,
Harum semerbak dan nyanyi burung menebarkan kehidupan
Pada saat kita memasuki taman, Kau dan aku,
Bintang-bintang yang beredar sengaja menatap kita lama-lama
Bagai bulan kita bagikan cahaya terang bagi mereka
Kau dan aku, tak terpisahkan lagi, menyatu dalam nikmat tertinggi
Bebas dari cakap orang, Kau dan aku
Semua burung yang terbang di langit mengidap iri
Lantaran kita tertawa-tawa bahagia, Kau dan aku
Sungguh ajaib, Kau dan aku, yang duduk bersama di sudut rahasia
Pada saat yang sama berada di Iraq dan Khurasan, Kau dan aku.”

Jangan salah paham, meskipun Rumi melukiskan bahwa antara aku dan Kau, atau antara manusia dan Tuhan tak terpisahkan lagi, karena sudah manunggal, namun tidaklah berarti manusia telah menjadi, atau sama dengan, Tuhan. Mengapa? Sebab, Dia adalah sang Raja!

“Aku tak sama dengan Sang Raja, bahkan jauh dari itu
Sekalipun dari Dia kuperoleh cahaya dalam penampakan diri-Nya
Kesamaan bukanlah dalam hal bentuk dan esensi; air menjadi sejenis dengan tanah dalam tumbuhan
Karena jenisku berbeda dengan Raja-Ku, egoku fana’ dalam Ego-Nya
Karena egoku fana’, maka Dia sajalah yang tinggal (baqa’); aku mengepul penaka debu di bawah kaki kuda-Nya
Jiwa menjadi debu, hanya di atas debulah jejak kuda menjadi cap kaki-Nya.”

Gagasan Rumi bagi kaum yang memegang teguh syariat formal boleh jadi terasa kurang sreg (tepat/pas), sehingga bisa dianggap nyleneh dan memberontak tata syariat agama. Bagi Rumi semua pandangan terhadap gagasannya adalah sah-sah saja, karena perbedaan pandangan adalah suatu rahmat. Rumi sebagaimana diungkapkan dibagian awal, memandang segala sesuatu dari sisi hakikatnya, dunia makna, bukan dari dunia bentuk atau luar. Karena itu Rumi memandang dari aspek kesejatiannya bukan dari kulit luarnya. Gagasannya tentang cinta kepada Allah, yang sangat mendominasi pikiran dan puisinya, sering diungkapkan dalam cara di luar syariat, yaitu dengan membentuk sebuah tarian yang disebut “para darwis yang menari” – the whirling dervishes. Dan dengan tarian mistiknya itu Rumi sampai pada Allah. Jika orang bertanya mengapa lewat tata cara menari dan tidak dengan tata syariat? Rumi dalam satu puisinya menyatakan: “Orang harus mendobrak dan mematahkan batas-batas pemikiran untuk menyaksikan kekuatan cinta yang tertinggi, dan untuk mencerap kebesaran Allah Tercinta.” Dan semua itu bisa melalui musik dan tari.

Kamis, 05 September 2019

Asmaul Husna

🕌Shufi Classic🕌

PUISI BERMADAH TAJALLI. 99   ASMA UL HUSNA MENZAHIRKAN AF’AL. ILAHI

             السلا م عليكم ورحمةالله وبركاته
                 بسم الله الرحمن الرحيم

Dimulai niat syair bermadah,
Menyebut asma dengan Bismillah,
Membahas wacana yang maha indah
Istighfar hamba kalaulah salah.

Awalnya iman itu syahadat,
Pembeda orang iman dan sesat,
Kunci utama dalam ibadat,
Pembeda pula benar dan jahat.

Syahadah tauhid pokok pertama,
Dibaca ikhlas itu utama,
Resapkan makna di dalam sukma,
Agar sempurna dalam agama.

Ilmu tauhid hukumnya wajib,
Supaya iman tidak terhajib,
Menambah faham tentang hal ghaib,
Membuat amalan menjadi tertib.

La itu bermakna tiada,
Hilangkan segala karsa dan tanda,
Buang segala wujud dan benda,
Fana segala apa yang ada.

Ilah maknanya adalah cinta,
Tujuan pertama segala cita,
Tempat tujuan setiap kata,
Tempat berserah semua kita.

1. ALLAH (الله)

Hanyalah Allah cinta dituju,
Tempat semua makhluk tertuju,
Tunduk terpaksa atau setuju,
Haiwan, tumbuhan air dan batu.

Segala cinta menjadi fana,
Selain Dia tiada bermakna,
Pada-Nya segala sifat sempurna,
Kerana Azzawajalla niat kerana.

Itulah makna syahadah pertama,
Tauhidullah ia bernama,
Kepunyaan-Nya semua asma,
Dipakai doa akan utama.

2. AR RAHMAN (الرحمن)

Asma kedua adalah Ar-Rahman,
Pengasih Dia sepanjang zaman,
Kepada manusia, haiwan, tanaman,
Nyata dan ghaib dapat siraman.

Sifat yang Ar-Rahman untuk semua,
Tidak Islam pun tetap dikurnia,
Tunduk dan bangkang dijatah sama,
Tiada dipilih tiada utama.

Barangsiapa rajin tafakur,
Terfikir dia akan bersyukur,
Banyaknya nikmat tiada terukur,
Bersujud dia sampai tersungkur.

3. AR RAHIM (الرحيم)

Asma ketiga adalah Ar-Rahim,
Penyayang hanya pada yang muslim,
Yang ingkar akan di neraka jahim,
Yang beriman ikut jalan Ibrahim.

Hamba disayang itu pilihan,
Terhadap cuba sabar bertahan,
Diberi miskin tetap bertuhan,
Dicuba harta rasa titipan.

Jagalah perbuatan disayang Allah,
Taat solat di atas sejadah,
Jauhi maksiat berbuat salah,
Perkara mungkar mendapat padah.

4. AL MALIK (الملك)

Asma keempat itu Al-Malik,
Resapkan makna esa Al-Khalik,
Mudah baginya membolak balik,
Setiap perkara tidaklah pelik.

Al-Malik adalah sifat sang raja,
Bukan dunia atau akhirat saja,
Pada kedua-duanya ia dipuja,
Perintah-Nya meliputi apapun juga.

Tunduklah pada perintah Al-Malik,
Sebelum takdir jadi terbalik,
Sebelum iman kita di sebalik,
Sebelum dikubur sempitnya bilik.

5. AL QUDDUS (القدوص)

Asma kelima adalah suci,
Al-Quddus nama Dia dirinci,
Tak perlu jaga atau dicuci,
Walaupun semua makhluk membenci.

Sifat yang suci tiada campur,
Antara iman bersanding kufur,
Antara air ataupun lumpur,
Suci-Nya tiada dapat diukur.

Wahai saudara pemilik iman,
Buat Al-Quddus jadi amalan,
Siang dan malam jadi pegangan,
Agar menjadi hamba pilihan.

6 AS SALAM (السلام)

Dia maha pemberi selamat,
Sifat As-Salam kepada umat,
Sejahtera kita akan dibuat,
Selama perbuatan selalu taat.

As-Salam menjadi kurnia,
Untuk hamba-Nya kelak di syurga,
Diberi minum air telaga,
Susu dan madu ubat dahaga.

Mukmin yang baik akan sejahtera,
Hidup di dunia bagaikan sandera,
Di padang mahsyar dapat bendera,
Kelompok manusia terhindar dera.

7. AL MUKMIN (الموءمن)

Ketujuh Al-Mukmin nama-Nya berperanan,
Selamat hamba dari terbenam,
Godaan syaitan seru jahanam,
Tebarkan sihir tatkala malam.

Memberi aman itu sifatnya,
Hati yang nyaman pemberian-Nya,
Janganlah pernah jauh dari-Nya,
Agar selamat dunia akhiratnya.

Negeri yang aman itu kurnia-Nya,
Kerana penduduk tinggi taatnya,
Bencana alam kerana murka-Nya,
Kerana ingkar terhadap firman-Nya.

8.AL MUHAIMIN (المهيمن)

Kelapan Al-Muhaimin sifat yang utuh,
Pemelihara yang sangat kuat dan kukuh,
Segala alam Dia yang rengkuh,
Segala peritiwa Dia yang sentuh.

Hanyalah Dia Tuhan pemelihara,
Baik di dalam tanah atau udara,
Juga yang ghaib atau yang nyata,
Walaupun kecil sehelai bulu domba.

Ingat selalu pada Al-Muhaimin,
Pertanda kita adalah mukmin,
Dipelihara-Nya selalu tentulah ingin,
Kukuhlah iman laksana beringin.

9 AL ‘AZIZ (العزيز)

Dia-lah Allah gagah perkasa,
Sifat Al-Aziz tak perlu masa,
Sangatlah mudah buat binasa,
Kepada mereka para pendosa.

Perkasa Dia tiadalah sama,
Kalaulah makhluk tersisip lemah,
Tiada yang ada boleh umpama,
Walau semua makhluk bersama.

Berlindung hamba pada Al-Aziz,
Jauhkan hamba sifat yang najis,
Pelihara hamba godaan iblis,
Agar iman tidak terkikis.

10.AL JABBAR (الجبار)

Asma ke sepuluh ialah Al-Jabbar,
Pemelihara makhluk itu muktabar,
Dipelihara-Nya dedaunan pohon selembar,
Juga sebutir debu yang tersebar.

Ingatlah selalu hai saudaraku,
Sifat Al-Jabbar perlu ditiru,
Jangan merosakkan atau mengganggu,
Agar kasih-Nya tidak berlalu.

Sifat merosakkan rakannya syaitan,
Yang ganggu hati serta ingatan,
Tebarkan dosa bagai lautan,
Saling bermusuhan tebar hasutan.

11. AL MUTAKABBIR (المتكبر)

Al-Mutakabbir pula asma yang megah,
Pemilik Kebesaran hanya-Mu ya Allah,
Tiada makhluk yang mampu ubah,
Semuanya akur taat perintah.

Azzawajalla Yang Maha Tunggal,
Tiada satu pun amal tertinggal,
Pasti dihitung setiap tanggal,
Semenjak lahir hingga ke ajal.

Ampuni kami yang sangat lemah,
Tak sanggup tegar oleh malhamah,
Tak kuat sabar terhadap fitnah,
Tiada bersyukur terhadap nikmah.

12AL KHALIQ (الخالق)

Al-Khaliq asma yang kedua belas,
Pemberi rezeki tak minta dibalas,
Syukur pada-Nya dengan ikhlas,
Rajin beribadah janganlah malas.

Dia pencipta bukan perosak,
Hukum-hukum-Nya kukuh tiada bertabrak,
Indah tersusun segala yang nampak,
Rumit dan rapi awal semenjak.

Semua dicipta tidak sia-sia,
Nyamuk pun berguna dicipta ada,
Penyakit dicipta sebagai tanda,
Iman diuji di dalam dada.

13. AL BAARI’ (الباريء)

Asma ke tiga belas ialah Al-Baari’,
Maha mengadakan makna ditarik,
Percaya yang lain bermakna syirik,
Kelak dibakar panasnya terik.

Di dalam sifat Dia setimbang,
Membuat, membentuk dan menyeimbang,
Hamba tak ragu hamba tak bimbang,
Kerana Engkau-lah semesta berkembang.

Al-Baari’ itu asma yang mulia,
Tirulah ia jangan tercela,
Supaya hidup terjauh bala,
Setiap amalan dapat pahala.

14. AL MUSHAWWIR (المصور)

Al-Mushawwir pula ia bernama,
Membentuk rupa yang tidak sama,
Sempurna ciptaan bukan umpama,
Tetapi terbukti sejak pertama.

Betapa laknat mereka yang bilang,
Ciptaan di awal berubah ulang,
Terbukti sudah masa sekarang,
Teori evolusi semua temberang.

Ingat selalu hai saudaraku,
Ciptaan sempurna sejak dahulu,
Baik yang licin atau berbulu,
Baik di hilir atau di hulu.

15. AL GHAFFAAR (الغفار)

Asma ke lima belas itu Al-Ghaffaar,
Pengampun Dia pada yang ingkar,
Dikurangi-Nya dosa-dosa yang sukar,
Dilapangkan-Nya keampunan yang melebar.

Marilah kita memohon ampun,
Walaupun dosa banyak terhimpun,
Walaupun salah banyak beruntun,
Dia ampuni sepanjang tahun.

Bertaubat kita terhadap dosa,
Janganlah pernah berputus asa,
Supaya kelak tatkala binasa,
Dibalas dengan amal selaksa.

16. AL QAHHAAR (القهار)

Asma Al-Qahhaar bermakna paksa,
Tiada terbatas apa pun jasa,
Dipindah gunung bagaikan busa,
Alam semesta boleh binasa.

Apa pun boleh Dia kalahkan,
Segala makhluk tak mampu menahan,
Terjadi apa pun Dia sukakan,
Tak berdaya langsung makhluk melawan.

Marilah saudara banyak istighfar,
Agar kasihnya terbuka lebar,
Biar tercipta jiwa yang sabar,
Di akhirat nanti baiklah khabar.

17. AL WAHHAAB (الوهاب)

Sampailah asma ke tujuh belas,
Al-Wahhaab namanya sudahlah jelas,
Pemberi kurnia tak minta dibalas,
Meminta padanya hendaklah ikhlas.

Hidayah Allah adalah kurnia,
Berharga mahal lebih dari dunia,
Sebagai hamba jangan aniaya,
Agar selalu diberi inayah-Nya.

Ingatlah semua wahai saudaraku,
Kepada Allah kita menyeru,
Jangan bergantung pada yang baharu,
Supaya syaitan jadi seteru.

18. AR RAZZAAQ (الرزاق)

Ke lapan belas itu asma Ar-Razzaaq,
Pemberi rezeki yang maha mutlak,
Bagi setiap jantung berdetak,
Ada bahagian sangat mustahak.

Carilah rezeki Allah di bumi,
Hasil dan cara halalnya pasti,
Biar pemberian akan dirahmati,
Jadi penolong selepas mati.

Atas rezeki yang diberikan,
Dibayar zakat jangan lupakan,
Sedekah wajib mari pastikan,
Ganjaran baik Allah balaskan.

19. AL FATTAAH (الفتاح)

Al-Fattaah itu pembuka rahmat,
Nama ke sembilan belas jalan selamat,
Pembawa izzah penolong umat,
Seluruh manusia akan dapat rahmat.

Umat dahulu selalu menang,
Jayanya Islam patut dikenang,
Di seluruh jazirah umat pun senang,
Negeri pun damai hidup pun tenang.

Habislah masa ketika jaya,
Di mana-mana akan teraniaya,
Bagaikan bangkai di mulut buaya,
Dihina musuh tiada berdaya.

20. AL ‘ALIIM (العليم)

Asma kedua puluh itu Al-‘Aliim,
Tahu segala apa yang zalim,
Merakam pula sifat yang alim,
Senang kepada para muallim.

Ilmu sempurna tiada terbatas,
Hamba yang pintar berlaku pantas,
Janganlah pula berjalan pintas,
Mencari ilmu yang tidak jelas.

Kalau berilmu rendahkan hati,
Akhlak tabi’in jadikan titi,
Tuntut selalu jangan berhenti,
Dari buaian hingga ke mati.

21. AL QAABIDH (القبض)

Kedua puluh satu asma Al-Qaabidh,
Suatu nama bererti sempit,
Digenggam rezeki jadi sedikit,
Agar terjauh sifat yang pelit.

Kalaulah rezeki Allah sempitkan,
Kerja yang giat mari lakukan,
Tambah ibadah dilaksanakan,
Zakat dan fitrah mari tunaikan.

Orang bertakwa telah diseru,
Nafkahkan rezeki harus selalu,
Agar diganti dengan yang baru,
Nescaya jumlahnya beratus ribu.

22..AL BAASITH (الباسط)

Dua puluh dua asma Al-Baasith,
Terbalik dengan asma Al-Qoobidh,
Lapangkan rezeki dari yang sempit,
Berupa benda ataupun duit.

Wahai sahabat yang sedang lapang,
Orang yang lapar mari diundang,
Nafkahkan rezeki bertaraf sedang,
Jangan berlebih jangan terkurang.

Jadilah hamba Allah dermawan,
Memberi pada kawan dan lawan,
Terpancar pahala yang berkilauan,
Kerana ikhlas di hati tuan.

23. AL KHOOFFIDH (الخافض)

Yang menurunkan itu Al-Khoofidh,
Yang sudah tinggi rendah sedikit,
Yang lama sihat kadang-kadang pun sakit,
Seperti gunung menjadi bukit.

Kalaulah hamba selalu senang,
Akan terlupa sukar terkenang,
Kurnia Allah yang bikin menang,
Dikira diri tinggi melayang.

Ingatlah pula hai saudaraku,
Ramai saudara yang kurang mampu,
Beri sedikit bahagian tertentu,
Nescaya mereka akan terharu.

24. AR RAAFI’ (الرافع)

Asma Al-Raafi’ ke dua puluh empat,
Allah yang qadim tidak bersifat,
Orang yang hina dinaikkan darjat,
Asalkan beriman sepenuh hakikat.

Allah berfirman dalam Al-Quran,
Dia yang mutlak atur putaran,
Dulu yang hina akan  dimuliakan,
Mereka yang tinggal akan diturunkan.

Naik dan turun silih berganti,
Kuasa akan habis tanpa disedari,
Mereka yang muda naik posisi,
Orang yang tua menuju mati.

25. AL MU’IZZ (المعز)

Asma Al-Muizz maknanya memuliakan,
Mereka yang susah akan disenangkan,
Mereka yang miskin akan dikayakan,
Mereka yang sempit akan dilapangkan.

Marilah bersama saling ingatkan,
Hidup di dunia dipergilirkan,
Harta dan pangkat akan ditinggalkan,
Amal yang soleh jadi bekalan.

Kelak si hamba akan ditanya,
Ke mana harta dibuat guna,
Ke mana ilmu sampai amalnya,
Ke mana waktu dimanfaatkannya.

26. AL MUDZIL (المذل)

Asma ke dua puluh enam itu Al-Mudzil,
Hinakan mereka yang suka jahil,
Mereka yang mulia menjadi dekil,
Orang yang hebat menjadi kecil.

Kepada manusia yang sungguh fana,
Ingat selalu kepada asma,
Hidup di dunia tiada sempurna,
Bahagia kekal di alam sana.

Berhati-hati wahai saudara,
Jangan menunggu hina mendera,
Walaupun tangisan panjang berjela,
Takdir yang pasti sudah tertera.

27.AS SAMII’ (السميع)

Kedua puluh tujuh sifat As-Samii’,
Maha mendengar setiap detik,
Dia mengetahui segala yang pelik,
Tiada terlalai tiada tercelik.

Dia mendengar rintihan doa,
Malam yan g sunyi tangan tengadah,
Walau berbisik walau berdesah,
Dicatat semua apa dipinta.

Wahai sahabat sesama Muslim,
Marilah kita jadi mualim,
Belajar Islam jangan semusim,
Sampai berpisah roh dan jisim.

28. AL BASHIR (البصير)

Al-Bashir asma kedua puluh lapan,
Allah melihat segala perbuatan,
Tiada perbuatan yang tersembunyikan,
Di akhirat kelak mendapat balasan.

Allah yang tunggal bukan berpuluh,
Bermakna esa Allah yang kukuh,
Tiada bergoyang dan tetap utuh,
Mengatur alam tanpa bertangguh.

Maha Melihat kejadian alam,
Baik siang mahupun malam,
Sama ada terang ataupun kelam,
Perbuatan jahat jiwa tak tenteram.

29. AL HAKKAAM (الحكم)

Dua puluh sembilan asma Al-Hakkaam,
Menetapkan Dia hukum di alam,
Jelas yang halal juga yang haram,
Yang subahat juga atau temaram.

Wahai Robbi yang Maha Menetapkan,
Tuntunlah hamba di jalan kebaikan,
Agar tak sesat sepanjang jalan,
Semoga selamat dalam kehidupan.

Sahabat semua pencinta Allah,
Janganlah kita menjadi kalah,
Terjauh kita jalan yang salah,
Digoda syaitan yang laknatullah.

30. AL ADL (العدل)

Ke tiga puluh pula asma Al-Adl,
Seimbang kepada besar dan kecil,
Memberi hamba tak pernah bakhil,
Walaupun imannya hanya secuil.

Jadilah hamba yang syukur nikmat,
Sedikit diberi terasa rahmat,
Tabungan kelak hari kiamat,
Dibalas oleh-Nya berlipat-lipat.

Wahai Ilahi junjungan umat,
Ampuni kami dari yang sesat,
Berilah kami hati yang kuat,
Agar tiada ke jalan jahat.

31. AL LATHIIF (اللطيف)

Asma Al-Latiif bererti lembut,
Sebagai hamba banyak menyebut,
Iman kukuh tak mudah tercabut,
Pahala menggunung perlu direbut.

Dia-lah Ilahi yang Maha Halus,
Ibadah pada-Nya hendaklah tulus,
Segala amal akan ditebus,
Kelak di akhir Syurga Firdaus.

Wahai sahabat para pencinta,
Mari berlembut dalam berkata,
Dalam berdoa kalimat ditata,
Agar dikabul apa dipinta.

32. AL KHABIIR (الخبير)

Al-Khabiir asma ketiga puluh dua,
Tahu rahsia apa pun jua,
Di dalam bumi atau samudera,
Di dalam batu atau udara.

Engkaulah yang tahu rahsia hati,
Yang hamba tutup sampai ke mati,
Yang hamba simpan di dalam peti,
Yang tiada seorang pun sudah mengerti.

Wahai pemilik segala rahsia,
Bimbinglah hamba sepanjang usia,
Tutupi malu hamba dari manusia,
Jauhkan hamba dari yang sia-sia.

33.  AL HALIIM (الحليم)

Asma Al-Haliim asma yang jitu,
Penyantun Dia sepanjang waktu,
Walaupun kerakap tumbuh di batu,
Disantuni-Nya juga makhluk begitu.

Jadilah hamba Allah yang santun,
Orang yang lemah mari dituntun,
Agar mendapat pahala beruntun,
Disayang Allah sepanjang tahun.

Wahai Ilahi tujuan kami,
Santuni kami hidup di bumi,
Agar iman selalu bersemi,
Di musim panas di musim semi.

34. Al ‘AZIIM (العظيم)

Tiga puluh empat sifat yang agung,
Al-‘Aziim Dia melebihi gunung,
Agungnya sungguh tiada tanggung,
Membantu mereka yang ada untung.

Agungnya Allah tiada terkira,
Mari berbakti wahai saudara,
Balasannya besar tiada terkira,
Kelak semua akan gembira.

Hamba memohon pada yang agung,
Jauhkan hamba sifat yang bingung,
Jadikan hamba kelak beruntung,
Diberi ganjaran sebesar gunung.

35. AL GHAFUUR (الغفار)

Pengampun Engkau wahai Al-Ghafuur,
Ampuni kami yang sering kufur,
Infak sedikit sudah diukur,
Diberi nikmat kurang bersyukur.

Engkau pengampun setiap dosa,
Kepada Engkau hamba berdoa,
Jauhkan kami terhadap siksa,
Dekatkan kami amal selaksa.

Wahai Ilahi Maha Pengampun,
Ibadat hamba kurang berukun,
Tertibnya kadang tak sesuai rukun,
Berdoa hamba kuranglah santun.

36. AS SYAKUUR (الشكور)

Ketiga puluh enam asma As-Syakuur,
Hargai hamba banyak bersyukur,
Membalas pahala tiada mengukur,
Beri kebaikan hamba yang tafakur.

Walaupun hamba banyak berdosa,
Cinta-Mu membuat tak putus asa,
Balasan-Mu membuat senang terasa,
Ampuni mereka para pendusta.

Wahai Ilahi yang menghargai,
Bimbinglah hamba petang dan pagi,
Agar hamba-Mu tak sesat lagi,
Tak lagi kerjakan perbuatan yang rugi.

37.  AL ‘ALIY (العلى)

Ketiga puluh tujuh asma Al-‘Aliy,
Bermakna Allah yang Maha Tinggi,
Tiada yang lebih dari-Nya lagi,
Jauh dari-Nya kita akan rugi.

Tinggi-Nya sungguh tiada terbatas,
Lebih segalanya yang paling atas,
Tiada makhluk yang paling pantas,
Kehebatan Allah mustahil dipintas.

Wahai Al-Aliy Tuhan semesta,
Pada Engkaulah kami meminta,
Walaupun kami kurang mencinta,
Janganlah kami kelak dinista.

38. AL KABIIR (الكبير)

Asma Al-Kabiir bermakna besar,
Bukan bermakna panjang dan lebar,
Tidak di dalam tidak di luar,
Memikirkannya pastilah sukar.

Maha besar sifatnya pasti selalu,
Sampai sekarang darilah dulu,
Orang yang sombong harusnya malu,
Kerana dirinya tak senilai bulu.

Naungi hamba dalam kebesaran-Mu,
Agar tak malu kami bertemu,
Segalanya kecil di hadapan-Mu,
Semua yang ada tiada bagi-Mu.

39. AL HAFIIDZH (الحفيظ)

Asma Al-Hafiidzh ketiga puluh sembilan,
Menjaga alam sehingga mapan,
Memberi hukum pada kehidupan,
Sehingga teratur dari kekacauan.

Al-Hafiidzh sungguh sangat mulia,
Teratur alam dalam penjagaan-Nya,
Damai dan tenteram semua makhluk-Nya,
Bagi yang tahu itu kuasa-Nya.

Wahai Robbi Maha Penjaga,
Bimbinglah hamba selalu terjaga,
Dalam suasana apa pun juga,
Agar selamat sepanjang masa.

40. AL MUQIIT (المقيت)

Keempat puluh Al-Muqiiit yang mapan,
Bermakna sebagai Pemberi Kecukupan,
Kepada-Nya semua akan digantungkan,
Terhadap segala apa kekurangan.

Wahai Robb pemilik alam,
Terangi hamba agar tak kelam,
Catatkan kebaikan dengan qolam,
Masukkan ke dalam Syurga Darussalam.

Ampuni kami yang selalu kurang,
Masa lalu atau sekarang,
Berupa wang ataupun barang,
Ataupun rezeki bentuk sembarang.

41. AL HASIIB (الحسيب)

Asma Al-Hasiib Pembuat Perhitungan,
Tiada terkecuali tiada ketinggalan,
Apa pun perbuatan pasti dihisabkan,
Baik dilarang mahupun dituntutkan.

Maafkan kami selalu tak cukup,
Walaupun harta sudah dilitup,
Tubuh yang sihat selama hidup,
Agar hidayah-Mu tidak terkatup.

Ampuni hamba di hari perhitungan,
Kerana hamba banyak kekurangan,
Waktu yang ada banyak disiakan,
Hidup di dunia banyak berangan.

42. AL JALIIL (الجليل)

Empat puluh dua asma Al-Jaliil,
Maha mulia Dia dipanggil,
Asma disebut hamba menggigil,
Terbayang hamba Neraka Sijjil.

Allah sungguh teramat mulia,
Peduli pada miskin dan kaya,
Membantu pada yang ingin jaya,
Menyayang sungguh para aulia.

Sifat mulia mari amalkan,
Pada yang lemah kita kasihan,
Yang tua juga kita hormatkan,
Yang telah tiada kita doakan.

43. AL KARIIM (الكريم)

Al-Kariim asma ke empat puluh tiga,
Maha Pemurah sepanjang masa,
Segala nikmat kepada manusia,
Seluruh makhluk di mana saja.

Tirulah Al-Kariim sifat mulia,
Selalu memberi tanpa diminta,
Memandang sesama berasa cinta,
Rendahkan hati pada pencipta.

Wahau saudara insan pilihan,
Kita semua hambanya Tuhan,
Kepadanya kita akan dikembalikan,
Unuk terima semua pertanggungjawaban.

44. AR RAQIIB (الرقيب)

Empat puluh empat asma Ar-Raqiib,
Mengawas Dia sepenuh tertib,
Tiada perbuatan hamba yang tak dikutip,
Dicatat sempurna Atid dan Raqib.

Kepada mereka berhati bersih,
Mengawas Dia sepenuh kasih,
Supaya ikuti perilaku kekasih,
Tidak terlajak tersalah pilih.

Sahabat pencinta jalan yang benar,
Mari jauhkan inginnya tenar,
Agar iman tambah bersinar,
Terjauh kita dari siksaan Naar.

45. AL MUJIIB (المجيب)

Kempat puluh lima Al-Mujiib yang tepat,
Maha Pengabul di segala tempat,
Orang yang lupa atau yang ingat,
Orang yang baik yang jahat.

Wahai saudara mari berdoa,
Dikabulkan-Nya apa saja dipinta,
Agar dipelihara-Nya keimanan kita,
Sehingga menjadi hamba dicinta.

Doa hamba yang pasti makbul,
Adalah mereka yang tak mengibul,
Tak pula iman hilang dan timbul,
Apa dipinta selalu terkabul.

46. AL WASII’ (الواسع)

Al-Wasi’  bermakna yang Maha Luas,
Di mana pun hamba pasti diawas,
Allah membantu mereka yang puas,
Asal rajin dan tidak culas.

Luasnya rahmat tidak terukur,
Asalkan kita pandai bersyukur,
Mencari rezeki dengan terukur,
Terhadap alam banyak tafakur.

Bumi adalah ciptaan Allah,
Luas terbentang di segala arah,
Carilah rezeki halal dan berkah,
Jangan menipu jangan serakah.

47.  AL HAKIM (الحكيم)

Ke empat puluh tujuh asma Al-Hakim,
Bijaksana sangat Robbul Alamien,
Menghukum bukan kerana ingin,
Tetapi kerana hamba yang zalim.

Teladani sifat yang bijaksana,
Adil menghukum sepanjang masa,
Berpijak pada Quran dan sunnah,
Agar tak kacau dunia yang fana.

Hamba beriman bijak bestari,
Sedikit meminta banyak memberi,
Dipanggil Allah seperti berlari,
Diajak yang benar hingga ke mati.

48. AL WADUUD (الودود)

Empat puluh lapan asma Al-Waduud,
Mencinta semua makhluk yang wujud,
Kepada-Nya semua hamba bersujud,
Meminta hamba pastilah maujud.

Mencinta mukmin pada zat-Nya,
Mulia mukmin kerana sifat-Nya,
Bahagia hamba kerana cinta-Nya,
Binasa mereka yang menjauhi-Nya.

Wahai saudara pencinta Allah,
Jalan yang benar pasti tak salah,
Usah bertengkar usah berbalah,
Di sisi-Nya nanti tiada masalah.

49. AL MAJIID (المجيد)

Sifat mulia itu Al-Majiid,
Disebut hamba di semua masjid,
Orang beriman tidakkan sulit,
Mendapat keampunan sewaktu dibangkit.

Sungguh agung Tuhan yang mulia,
Sekarang ini kami dianiaya,
Di banyak tempat penjuru dunia,
Iman digoncang Islam dihina.

Hamba-Mu di bumi banyak meratap,
Bertebar di dunia yang tiada atap,
Musuh menzalimi secara tetap,
Kehidupan kami tak lagi mantap.

50. AL BAA’ITS (الباعث)

Kelima puluh asma Al-Baa’its,
Itu bermakna Maha Pembangkit,
Baik yang banyak atau sedikit,
Baik yang sihat atau yang sakit.

Wahai pembangkit yang maha perkasa,
Jauhkan kami pedihnya siksa,
Peliharalah kami dari putus asa,
Jauhkan kami dari gelumang dosa.

Wahai Allah pembangkit alam,
Bangkitkan kami bagai pualam,
Berilah kesempatan masuk ke dalam,
Nikmat indahnya Syurga Darussalam.

51. AS SYAHIID (الشهيد)

Kelima puluh satu asma As-Syahiid,
Penyaksi maknanya sewaktu berbangkit,
Menyaksi amalan dan dosa abiid,
Baik yang banyak atau sedikit.

Wahai Allah Maha Penyaksi,
Kuatkan kami bagaikan besi,
Jadikan amalan kami berisi,
Supaya syurga kami diisi.

Wahai Ilahi Maha Penyayang,
Sembahan hamba waktu sembahyang,
Tempat meminta malam dan siang,
Tempat mengadu kala tak riang.

52.AL HAQQ (الحق)

Kelima puluh dua Al-Haqq yang jitu,
Maha benar Allah sudahlah tentu,
Tak ada yang keliru semuanya jitu,
Tak pernah berubah di makan waktu.

Wahai pencipta yang maha benar,
Bimbinglah kami di bawah sinar,
Agar hati selalu berbinar,
Tiada berubah walau sebentar.

Jalan yang benar sukar ditempah,
Bimbinglah hamba jangan berubah,
Terhadap dugaan selalu tabah,
Hanya padamu Tuhan disembah.

53.  AL WAKIIL (الوكيل)

Al-Wakiil  ialah asma pemelihara,
Tiada berubah apa juga prahara,
Sepanjang masa hamba dipelihara,
Agung sifatnya tiada terkira.

Wahai sahabat sesama Muslim,
Mari berdoa sepanjang musim,
Berzikir mulia dengan isim,
Ibadah khusyuk roh dan jisim.

Teguh dipelihara-Nya segala makhluk,
Baik yang ingkar ataupun yang tunduk,
Sama ada berdiri mahupun yang duduk,
Tiada berbeza apa pun bentuk.

54.  AL QOWWI (القوي)

Asma Al-Qowwi bermakna kuat,
Seluruh alam Dia yang ikat,
Ditugaskan-Nya pula para malaikat,
Sebagai hamba yang akur dan taat.

Betapa malang orang yang sombong,
Merasa berisi padahal kosong,
Bagaikan ulat dalam kepompong,
Nyaring bunyinya bagaikan tong.

Sungguh kita makhluk yang lemah,
Selalu lupa terhadap hikmah,
Sikap selalu saja tak berhemah,
Sakit pun sering disumpah seranah.

55. AL MATIIN (المتين)

Kelima puluh lima Al-Matiin yang tepat,
Yang Maha Kukuh Dia Maha Kuat,
Tak perlu masa tak perlu tempat,
Alam semesta boleh dilipat.

Wahai Robb yang Maha Teguh,
Kukuhkan iman hamba yang bodoh,
Agar tak hancur agar tak roboh,
Tegak dalam agama-Mu yang utuh.

Wahai Ilahi yang Maha Sempuna,
Menangis hamba derita merana,
Terhadap dosa sering terlena,
Padahal hidup pasti kan fana.

56. AL. WALIY (الولي)

Lima puluh enam asma Al-Waliy,
Pelindung Dia hebat sekali,
Walaupun makhluk tiada peduli,
Dia uruskan seorang diri.

Orang beriman selalu terlindung,
Dunia akhirat tak tanggung-tanggung,
Diberi-Nya rahmat sebesar gunung,
Sedih kehidupan takkan dirundung.

Lindungi kami wahai pemilik,
Luruskan kami jangan berbalik,
Mudahkan perkara yang pelik-pelik,
Tunjukkan kami jalan yang salik.

57. AL HAMIID (الحميد)

Lima puluh tujuh asma Al-Hamiid,
Terpuji Dia sewaktu berbangkit,
Selalu memberi tiada mengungkit,
Sembuhkan pula mereka yang sakit.

Wahai Ilahi Maha Terpuji,
Teguhkan hamba memegang janji,
Walau keampunan-Mu selalu tersaji,
Tak kuat hamba kalau diuji.

Engkau-lah pujian semesta alam,
Disebut nama-Mu siang dan malam,
Penerang hati yang sedang kelam,
Selamatkan iman agar tak tenggelam.

58 AL MUHSII (المحصى)

Kelima puluh lapan Al-Muhsii yang utuh,
Menghitung Engkau dekat dan jauh,
Pahala dan dosa di dalam tubuh,
Di waktu maghrib di waktu subuh.

Wahai Tuhan Maha Penyayang,
Gementar hamba di hari perhitungan,
Amal dan dosa telah terbayangkan,
Pada-Mu keampunan hamba dambakan.

Kalau dihitung secara adil,
Pastilah kami akan terkucil,
Amal yang baik sangatlah kerdil,
Tak cukup ukuran batu kerikil.

59. AL MUBDI’ (المبدىء)

Kelima puluh sembilan asma Al-Mubdi’
Pemula asal yang selalu abadi,
Orang beriman pastilah sudi,
Serahkan seluruh darah dan nadi.

Engkau-lah asal semua bermula,
Ciptaan-Mu indah tak akan salah,
Hamba ucapkan Alhamdulillah,
Diberi keampunan sewaktu bersalah.

Kami percaya Engkau pencipta,
Langit dan bumi Engkau yang tata,
Malaikat-Mu selalu membawa berita,
Yang nampak tersilap di depan mata.

60. AL MU’IID (المعيد)

Asma Al-Mu’iid  bermakna mengembalikan,
Semua makhluk akan dibangkitkan,
Semua yang mati akan dihidupkan,
Akan menghadapi hari pertangungjawaban.

Tulang berserak akan disatukan-Nya,
Bangsa berbeza akan dijodohkan-Nya,
Miskin dan kaya akan didampingkan-Nya,
Tiada apa pun yang sukar bagi-Nya.

Wahai Ilahi Tuhanku Robbi,
Hanya pada-Mu hamba kembali,
Berharap hamba Engkau kan sudi,
Walaupun dosa berkati-kati.

61. AL MUHYII (المحيى)

Keenam puluh satu asma Al-Muhyii,
Yang maha hidup makna berbunyi,
Dicipta hamba dari azali,
Bakal musnah kelak sesuai janji.

Wahai sahabat sesama insan,
Jadikan dunia untuk perhiasan,
Tanamkan iman dalam perasaan,
Semua pasti akan ditinggalkan.

Ampuni hamba yang sering alpa,
Kalaulah hidup tidak seberapa,
Menghadap kelak tak pandang rupa,
Semua di dunia bermakna hampa.

62. AL MUMMIIT (المميت)

Enam puluh dua asma Al-Mumiit,
Akan matilah segala sesuatu,
Membawa amal sudahlah tentu,
Demikian Al-Quran ujar begitu.

Setiap yang bermula akan berakhir,
Itulah sunnatullah jalannya takdir,
Ada yang mati ada yang lahir,
Hamba yang ghaib atau yang zahir.

Wahai Ilahi yang mematikan,
Pada-Mu jua hamba mohonkan,
Ketika mati hamba dibolehkan,
Mendapat anugerah kamar kebaikan.

63. AL HAYYU (الحي)

Al-Hayyu asma ke enam puluh tiga,
Yang Maha Hidup ia bermakna,
Tak akan bertambah tak akan tua,
Tak ada pula masa akhirnya.

Hidupkan hamba di dalam iman,
Matikan hamba di dalam aman,
Jadi kenangan sepanjang zaman,
Harum bagaikan bunga di taman.

Engkau-lah dzat yang Maha Hidup,
Tak pernah padam tak pernah redup,
Izinkan hamba dapat menghirup,
Hidayah dari-Mu sepenuh litup.

64. AL QOYYUM (القيوم)

Enam puluh empat asma Al-Qoyyum,
Berdiri sendiri dalam berhukum,
Teliti sungguh semuanya termaklum,
Tiada tertinggal atau yang belum.

Dalam berhukum Dia mandiri,
Dalam mencipta Dia sendiri,
Dalam memutus tak dipengaruhi,
Tak ada satu pun sekutu diri.

Wahai Allah pencipta disembah,
Daku memohon dengan tabah,
Berharap iman terus bertambah,
Cinta pada-Mu tidak berubah.

65. AL WAAJID (الواجيد)

Al-Waajid bermakna Maha Penemu,
Sembunyi di mana pun Dia kan tahu,
Walaupun berada di dalam batu,
Dilingkung gelap menghitam tentu.

Wahai Allah pujaan hati,
Kuatkan hamba terus meniti,
Al-Quran dan sunnah tiada berhenti,
Sampai kelak datangnya mati.

Ingin kugapai kasih sayang-Mu,
Melalui ibadah yang tiada jemu,
Berharap kelak akan bertemu,
Diberi rahmat tatap wajah-Mu.

66. AL MAAJID (الماجيد)

Keenam puluh enam yang Maha Mulia,
Al-Maajid Dia miliki asma-Nya,
Tempat segala hamba memuja,
Tempat semua makhluk beraja.

Kemuliaan itu hanya milik-Mu,
Tak jemu hamba mohon pada-Mu,
Berikan selalu keampunan-Mu,
Masukkan hamba dalam syurga-Mu.

Wahai sahabat mukmin sejati,
Muliakan saudara janganlah henti,
Senyum yang tulus sarat bererti,
Daripada pemberian sakitkan hati.

67. AL WAAHID (الواحد)

Enam puluh tujuh asma Al-Wahiid,
Tiada sekutu walau sedikit,
Meskipun dosa sebesar bukit,
Pasti sejahtera masa dibangkit.

Dia-lah Allah yang Maha Tunggal,
Pencipta segala tiada yang tinggal,
Tiada ciptaan terbentuk gagal,
Dari tiada segalanya berasal.

Engkaulah tunggal di dalam dzat,
Tiada sekutu di dalam sifat,
Tiada dibantu dalam manfaat,
Selalu teguh selalu kuat.

68. AS SHOMAAD (الصمد)

Asma As-Shomaad keenam puluh lapan,
Tempat meminta gantung harapan,
Mahligai impian masa hadapan,
Syurga mulia yang bergemerlapan.

Kepada Engkau kami meminta,
Berharap kelak akan dicinta,
Berakhir baik itu cita-cita,
Di Padang Mahsyar tidaklah buta.

Wahai Allah tumpuan kami,
Ingat nama-Mu bahagia bersemi,
Bagai yang lama tak silaturahmi,
Laksana isteri cintakan suami.

69. AL QADIIR (القادر)

Enam puluh sembilan asma Al-Qadiir,
Maha penentu segala takdir,
Di mana pun tempat selalu hadir,
Segala amal pasti dicatat Nakir.

Hamba bermohon pada-Mu Allah,
Ampuni hamba segala bersalah,
Janganlah kami menjadi kalah,
Digoda syaitan yang di-laknatullah.

Berilah kami takdir yang baik,
Harapan kami tidak terbalik,
Berdoa hamba sampai bergidik,
Takut tergolong orang terherdik.

70.AL MUQTADIR (المقتدر)

Ketujuh puluh asma Al-Muqtadir,
Maha menguasai segala takdir,
Baik di awal atau di akhir,
Baik yang ghaib atau yang zahir.

Engkau-lah penguasa seluruh alam,
Pagi petang siang dan malam,
Baik yang dangkal atau yang dalam,
Meski sekarang atau yang silam.

Dengan kuasa-Mu hamba munajat,
Berikan hamba kemuliaan darjat,
Kurniakan hamba rezeki yang berkat,
Dunia akhirat akan selamat.

71. AL MUQADDIM (المقدم)

Al-Muqaddim asma ketujuh puluh satu,
Dahulu Dia dari segala sesuatu,
Tiada yang awal dari-Nya tentu,
Kerana Dia-lah pencipta waktu.

Engkau dzat yang Maha Qadim,
Jaminan Engkau orang mustaqiem,
Balasan Engkau mereka yang zalim,
Engkaulah maharaja segala hakim.

Engkau-lah pencipta segala yang awal,
Tiada sekutu tiada dikawal,
Setiap makhluk akan terima ajal,
Semua yang dipinjam akan ditinggal.

72 AL MU’AKHIR (الموخر)

Ke tujuh puluh dua asma Al-Mu’akhir,
Adili manusia sewaktu terakhir,
Tiada satu pun yang boleh mungkir,
Semua catatan telah diukir.

Wahai yang akhir Maha Perkasa,
Ampuni kami segala dosa,
Janganlah neraka kami dirasa,
Tak kuat kami menanggung siksa.

Khusnul khotimah harapan hamba,
Meminta kami sambil menghiba,
Bimbinglah kami jangan ditunda,
Selalu mengabdi terus didamba.

73. AL AWWAL (الاول)

Al-Awwal asma ke tujuh puluh tiga,
Yang Maha Awal tiada terhingga,
Awalnya bila tak boleh duga,
Tak pernah tidur selalu terjaga.

Engkau-lah pencipta yang Maha Awal,
Maha membalas segala amal,
Segala kebaikan Engkau yang imbal,
Penderhaka pada-Mu pasti kan gagal.

Segala yang awal pasti kan fana,
Seperti tertulis di hujung pena,
Kecuali Engkau kekal selama,
Baik dunia ini atau di sana.

74. AL AKHIR (الاخر)

Asma Al-Akhir ke tujuh puluh empat,
Yang maha akhir makna terdapat,
Tiada terbatas di segala tempat,
Tunduk padanya jin dan malaikat.

Tiada yang lebih akhir dari-Nya,
Semua makhluk diciptakan-Nya,
Apa pun di alam ikut aturan-Nya,
Kelak semua kembali pada-Nya.

Wahai Tuhaknku yang Maha Akhir,
Bersyukur hamba muslim terlahir,
Disambut hamba dengan berzikir,
Kembali kelak sebagai musafir.

75. AZ ZHOOHIR (الظاهر)

Asma Az-Zhoohir ke tujuh puluh lima,
Nyata sifatnya sangat utama,
Orang beriman tiada percuma,
Pahala bertambah selama-lama.

Engkaulah dzat yang maha dzaahir,
Kelihatan dari apa lahir,
Faham ciptaan-Mu dengan berfikir,
Membuat bertambah yakin berzikir.

Memandang Engkau dari ciptaan,
Menguatkan iman yang terpaterikan,
Bertambah pula dalam keyakinan,
Itulah hidayah yang dianugerahkan.

76. AL BATHIIN (البطن)

Asma Al-Bathiin ke tujuh puluh enam,
Tersembunyi Dia di pandang alam,
Tak tampak mata walaupun tajam,
Tak terbayang dengan mata terpejam.

Wahai Al-Bathiin yang tersembunyi,
Kusebut nama-Mu di malam sunyi,
Kulantun asma-Mu sewaktu mengaji,
Kurindukan Engkau akhir nanti.

Di dalam kitab-Mu telah tertera,
Engkau kan nampak kelak di syurga,
Terpana semua tidak terhingga,
Menatap wajah-Mu yang Maha Sempurna.

77. AL WALII (الوالي)

Ketujuh puluh tujuh Al-Walii yang tentu,
Maha Memerintah bermakna dituju,
Tunduklah segala wajib setuju,
Kepada Engkau semua menuju.

Memerintah Engkau dengan berpusat,
Seluruh hamba wajiblah taat,
Baik yang beriman ataupun sesat,
Baik yang sakit atau yang sihat.

Perintah-Mu selalu diganjar pahala,
Engkau menyuruh jauhi cela,
Supaya terhindar dari bala,
Supaya kelak mendapat piala.

78 AL MUTA’ALI (المتعلى)

Ketujuh puluh lapan Al-Muta’alii,
Asma bermakna yang Maha Tinggi,
Tiada yang lebih dari-Nya lagi,
Di alam sekarang atau azali.

Tingginya Engkau tiada terukur,
Bila si hamba pandai bersyukur,
Terhadap nikmat tidaklah kufur,
Larangan perintah sudah diatur.

Tinggi lebih dari segala,
Sejak azali zaman bermula,
Menghindarkan hambanya dari bala,
Membalas kebaikan dengan pahala.

79. AL BARR (البر)

Tujuh puluh sembilan asma Al-Barr,
Sungguhlah Dia Maha Pemberi,
Zaman sekarang ataupun bari,
Kepada makhluk setiap hari.

Wahai Allah yang Maha Pengasih,
Berilah hamba rezeki yang bersih,
Jadikan hamba merasa sedih,
Segala yang jahat dan tersisih.

Engkau pemberi tak pernah minta,
Kepada makhluk di alam semesta,
Yang beriman dan ingkar tetaplah serta,
Sekehendak-Mu juga tanpa dipaksa.

80. AT TAWWAB (التواب)

Kelapan puluh asma At-Tawwab,
Penerima taubat penghapus hisab,
Siapa yang menyeru akan dijawab,
Asalkan sesuai petunjuk adab.

Wahai Ilahi tujuan hidupku,
Kumohon pada-Mu terima taubatku,
Agar tak sedih dalam jiwaku,
Agar tak rapuh dalam dadaku.

Keampunan-Mu banyak sangatlah besar,
Dosa yang mudah ataupun sukar,
Perbuatan serius atau kelakar,
Dosa yang zalim atau yang mungkar.

81. AL MUSTAQIEM (المنتقم)

Lapan puluh satu asma Al-Muntaqim,
Siksaan Allah di neraka jahim,
Mereka yang sesat dan juga zalim,
Mereka yang jatuh di Sirothol Mustaqim.

Wahai Allah Maha Perkasa,
Jauhkan hamba beratnya siksa,
Dipukul malaikat sakit terasa,
Diremuk sepitan kala berbisa.

Hamba memohon dengan harapan,
Kiranya dosa Engkau ampunkan,
Kiranya pinta Engkau kabulkan,
Berakhir hamba dalam kebaikan.

82. AL ‘AFUWW (العفو)

Asma Al-‘Afuww kelapan puluh dua,
Maha pemaaf ia bermakna,
Terhadap ingat dan juga alpa,
Terhadap dosa dan juga pahala.

Hamba bermohon maaf pada-Mu,
Menangis hamba pada haribaan-Mu,
Tak sanggup hamba terima siksa-Mu,
Berharap hamba nikmat syurga-Mu.

Wahai Allah Maha Pemaaf,
Maafkan atas salah dan khilaf,
Merayu hamba segenap saraf,
Dalam redha-Mu sepanjang alaf.

83. AR RA’UUF (الرءوف)

Asma Ar-Ra’uuf kelapan puluh tiga,
Maha Pengasih maknanya juga,
Pada yang sesat atau terjaga,
Atas salahnya jiwa dan raga.

Wahai Ilahi Maha Pengasih,
Maksiat hamba pastilah masih,
Amal dan dosa jauh selisih,
Tak sanggup hamba bila tersisih.

Kasihi kami yang banyak dosa,
Agar tiada berputus asa,
Semoga terjauh resah gelisah,
Bahagia batin kami tak susah.

84. MALIKUL MULK (الملك الملك)

Malikul Mulk kelapan puluh empat,
Penguasa semesta di segala tempat,
Tunduk pada-Nya penjuru yang empat,
Patuh dengan-Nya di mana pun sempat.

Wahai Robbi Maha Penguasa,
Menangis hamba pilu terasa,
Bagaikan orang yang putus asa,
Teringat hidup bergelumang dosa.

Ampuni hamba wahai Al-Malik,
Itulah doa hamba di bilik,
Janganlah nasib hamba terbalik,
Segala dosa hamba diselidik.

85. DZUL JALAALI WAL IKRAAM (زولجالال واكرام)

Dzul Jalaali Wal Ikraam besar mulia,
Itulah asma kelapan puluh lima,
Tiada satu pun lebih dari-Nya,
Tak satu pun makhluk mendahului-Nya.

Wahai Ilahi Yang Maha Besar,
Mulia Engkau bersifat dasar,
Adili kami di Padang Mahsyar,
Bermohon hamba tidak tersasar.

Bakar segala kotoran kami,
Bagaikan api jilat jerami,
Agar di hati selalu bersemi,
Cinta pada-Mu penguasa bumi.

86. AL MUQSITH (المقسط)

Al-Muqsith asma lapan puluh enam,
Adil kepada seluruh alam,
Adil juga sewaktu pertanggungjawaban,
Tak satu makhluk akan dizalimkan.

Wahai Robbi Maha Penyeimbang,
Simetri ciptaan bila ditimbang,
Tak pernah ragu tak pernah bimbang,
Sempurna segala tiada sumbang.

Wahai Allah hamba bermohon,
Hamba meminta sepanjang tahun,
Berharap Engkau sudi menuntun,
Agar akhirat hamba tersusun.

87. AL JAMII’ (الجامع)

Lapan puluh tujuh asma Al-Jamii’,
Maha mengumpul tiada tercabik,
Sebiji zarah pun tiada pelik,
Semua tercantik tanpa terbalik.

Engkaulah pengumpul roh dan jasad,
Mengimbangkan juga baik dan jahat,
Menyanding antara sakit dan sihat,
Memberi cuba ringan dan berat.

Wahai Ilahi Maha Pengumpul,
Ampuni hamba yang masih masghul,
Imanku kadang-kadang tenggelam timbul,
Kadang-kadang berpisah kadang-kadang berkumpul.

88. AL GHANII (الغنى)

Al-Ghanii asma kelapan puluh lapan,
Pemilik segala boleh diucapkan,
Baik yang lemah atau yang mapan,
Sama ada yang tersembunyi atau kelihatan.

Wahai Allah yang berkecukupan,
Sedikit amalku kecil harapan,
Kalau mengharap dari balasan,
Tentulah neraka akan ditempatkan.

Engkaulah Robb yang Maha Cukup,
Pemilik segala alam dilingkup,
Menangis hamba ingin takarrub,
Selama Engkau kurniakan hidup.

89. AL MUGHNI (المغني)

Kelapan puluh sembilan asma Al-Mughnii,
Maha kaya Engkau Ilahi,
Kekayaan-Mu sungguh meliputi,
Segala di langit dan juga di bumi.

Wahai Allah yang Maha Kaya,
Berilah kami hidup yang jaya,
Janganlah miskin dan teraniaya,
Atapun hidup dalam derita.

Engkau pemilik perbendaharaan,
Bagi-Mu segala tiada perhitungan,
Apa yang ada dapat kau berikan,
Untuk hamba yang engkau inginkan,

90. Al MAANI’ ( المانع)

Asma Al-Maani kesembilan puluh,
Makna mencegah supaya utuh,
Pada-Nya segala alam kan patuh,
Kerana-Nya tiada hukum yang runtuh.

Wahai Allah yang Maha Kuat,
Jauhkan hamba dari maksiat,
Jadikan batin hamba terikat,
Kepada firman juga nasihat.

Kalaulah Engkau tidak mencegah,
Pastilah hamba akan terdedah,
Akan tersesat dalam tengadah,
Pada-Mu jua hamba berserah.

91. AD DHAAR (الضار)

Ad-Dhaar asma kesembilan puluh satu,
Memberi derita sudahlah tentu,
Sebagai cubaan dari yang satu,
Agar iman keras membatu.

Wahai Azzawajalla pemilik derita,
Pada-Mu pasti hamba meminta,
Sepenuh hati sepenuh cinta,
Sambil berurai si air mata.

Air mata pun mengalir deras,
Takut kepada siksa yang keras,
Ampuni hamba-Mu pemilik arasy,
Dengan cinta-Mu yang penuh belas.

92. AN NAFII’ (النافع)

Sembilan puluh dua itu An-Nafii’,
Memberi manfaat segala pasti,
Mukmin dan kafir akan diberi,
Hanya berbeza setelah mati.

Wahai Allah pemilik manfaat,
Kuatkan hamba dalam berniat,
Supaya takut buat maksiat,
Tak ingin pula berbuat jahat.

Jauhkan hamba dari mubadzir,
Dalam berkata atau berfikir,
Dalam berdoa atau berzikir,
Agar manfaat cantik terukir.

93. AN NUUR (النور)

An-Nuur asma kesembilan puluh tiga,
Cahaya-Nya terang tidak terhingga,
Meliputi neraka hingga ke syurga,
Dapat dirasa di mana pun juga.

Wahai Khalik pemilik cahaya,
Hamba-Mu ini tiada berdaya,
Kadang-kadang lemah dalam percaya,
Sering juga mudah diperdaya.

Segala cahaya itu milik-Mu,
Semua makhluk pulang pada-Mu,
Hamba berharap kasih sayang-Mu,
Agar tertuntun dalam cahaya-Mu.

94. AL HAADI (الهادى)

Al-Haadi asma kesembilan puluh empat,
Petunjuk-Mu juga hamba merapat,
Agar bahagia di segala tempat,
Di mana saja hamba merempat.

Kalaulah Engkau tak tunjuki,
Sesatlah hamba sudahlah pasti,
Gunung mana pun akan didaki,
Asalkan redha-Mu hamba dapati.

Wahai Engkau pemberi petunjuk,
Hamba bagaikan kasih merajuk,
Panjatkan doa berasyik mahsyuk,
Kerana cinta telah merasuk.

95 AL BAADII’ (البديع)

Al-Baadii asma sembilan puluh lima,
Sifat pencipta ia bermakna,
Segala dari-Nya pasti terbina,
Semua yang wujud pasti kan sirna.

Engkaulah pencipta segala alam,
Termasuk siang dan juga malam,
Baik yang terang atau yang kelam,
Juga yang timbul atau tenggelam.

Dengan sifat-Mu Maha Pencipta,
Ampuni hamba sepenuh cinta,
Seperti semua bercita-cita,
Akhirat kelak tiada derita.

96. AL BAQII (الباقى)

Al-Baqii bermakna yang Maha Kekal,
Ke sembilan puluh enam ia berpangkal,
Dicipta oleh-Nya nafsu dan akal,
Makhluk yang dalam atau yang dangkal.

Wahai Allah Maha Penyayang,
Hidup yang fana selalu terbayang,
Terbujur kelak kena sembahyang,
Tinggal segala apa disayang.

Berilah kami jiwa yang sedar,
Supaya ikhlas terima qadar,
Selalu pada-Mu dalam bersandar,
Selama mentari masih beredar.

97. AL WARIITS (الوارث)

Al-Wariits asma kesembilan puluh tujuh,
Mewaris pada hamba yang patuh,
Syurga yang indah diberi utuh,
Api neraka takkan tersentuh.

Wahai Khalik semesta alam,
Warisi kami tulisan kalam,
Agar di jiwa tiada kelam,
Selalu bangun di waktu malam.

Ampuni kami yang sering lupa,
Santuni iman kami yang papa,
Agar kelak tiada nestapa,
Ketika dikubur tanah menimpa.

98. AR RASYIID (الرشيد)

Ar-Rasyiid asma kesembilan puluh lapan,
Bermakna pintar dalam ucapan,
Bijaksana juga dalam perbuatan,
Tiada satu pun makhluk sepadan.

Engkau-lah pencipta yang Maha Pintar,
Mengatur segala tak pernah gentar,
Serumit apa pun tiada yang sukar,
Tiada siapa pun mampu mencabar.

Wahai Esa Engkau-lah Tuhan,
Cerdaskan hamba dalam beriman,
Ampuni dari segala kelalaian,
Terimalah seutuhnya segala kebaikan.

99. AS SHOBUUR (الصبور)

Sembilan puluh sembilan asma As-Shabuur,
Bersifat sabar asma yang luhur,
Menjaga hamba ketika tidur,
Bangunkan manusia sewaktu dikubur.

Wahai Ilahi Robb yang sabar,
Jadikan hamba ambil iktibar,
Atas segala berita dan khabar,
Agar hikmah-Mu terbuka lebar.

Jadikan hamba banyak berdoa,
Tiada mengeluh bila tiada,
Tiada takabbur bila berada,
Ikhlas pada-Mu sepanjang masa.

Syairku ini sangatlah lemah,
Ditulis untuk memohon rahmah,
Berharap kelak diberi hikmah,
Walaupun hanya sebesar remah.

Pada sahabat yang banyak tahu,
Padamu hamba ingin berguru,
Hamba yang bodoh tak akan malu,
Selagi yang diberi berupa ilmu

Akhirul kalam.
silahkan di share

والسلا م عليكم ورحمةالله وبركاته